Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas indeks saham di Asia sore ini, Senin (21/11) ditutup melemah.
Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, penurunan ini karena investor mengkhawatirkan dampak ekonomi dari kebijakan pembatasan sosial Covid-19 terkini di China.
Akibatnya, investor merasa enggan mengambil risiko (risk aversion) dan memburu aset-aset yang dianggap aman, seperti mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan surat utang Pemerintah AS.
Tiga orang dilaporkan meninggal dunia di Beijing akibat virus Covid-19. Ini adalah kasus kematian pertama sejak bulan Mei 2022, ketika kota Shanghai masih berada di bawah kondisi terkunci (lockdown).
Di hari minggu saja, China mencatat lebih dari 26.000 kasus penularan Covid-19, tanpa atau dengan gejala.
Restoran khususnya di daerah Chaoyang, Beijing, hanya boleh memberikan layanan pesan antar (delivery) atau bawa pulang (take-out). Pusat kebugaran (fitness), supermarket dan paling tidak satu pusat perbelanjaan besar ditutup untuk sementara.
Gelombang penularan Covid-19 di China telah menyebar ke 31 provinsi dengan Guangdong menjadi area paling terdampak.
Dari sisi makro ekonomi, bank sentral China atau People’s Bank OF China (PBOC) hari ini mempertahankan suku bunga pinjaman selama tiga bulan beruntun.
Pelemahan nilai tukar mata uang Yuan dan aliran keluar dana asing telah membatasi kemampuan PBOC untuk melonggarkan kondisi moneter demi menopang ekonomi.
Loan Prime Rate (LPR) bertenor satu tahun dipertahankan di 3,65%, sejalan dengan ekspektasi pasar sementara LPR bertenor 5 tahun dipertahankan di level 4,3%.
LPR dihitung berdasarkan suku bunga yang ditawarkan kepada nasabah besar oleh 18 bank dan dipublikasikan setiap bulan oleh PBOC.
LPR dikutip sebagai selisih di atas suku bunga bank sentral untuk satu tahun ke depan, lebih dikenal dengan nama Medium-Term Lending Facility (MLF) yang mulai stabil setelah secara tak terduga dipangkas pada bulan Agustus.
PBOC minggu lalu memperingatkan bahwa laju inflasi mungkin akan mengalami percepatan (akselerasi) seiring dengan permintaan domestik China yang meningkat, indikasi bahwa wilayah pelonggaran kebijakan moneter mungkin cukup terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News