Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, pelaksanaan rights issue yang menarik pada umumnya ditujukan untuk pengembangan bisnis.
Jika melihat konteks CITA yang saat ini memiliki liabilitas sebesar Rp 1,8 triliun, maka pembayaran utang ini bakal memperbaiki rasio likuiditas perseroan. “Aksi korporasi ini akan mendilusi para pemegang saham minoritas yang kemungkinan tidak menebus haknya,” terang Aria kepada Kontan.co.id, Kamis (30/1).
Memang, bagi pemegang saham yang tidak menggunakan haknya, aksi korporasi ini memberikan efek dilusi 16,1%.
Baca Juga: Volume overburden removal (OB) Delta Dunia Makmur (DOID) masih sesuai target
Sementara itu, terkait harga pelaksanaan rights issue yang saat ini di atas harga pasar, Aria tidak menampik hal tersebut bakal menyurutkan pemegang saham publik untuk menggunakan haknya.
Namun, ia menilai harga pelaksanaan rights issue tersebut cukup murah jika dibandingkan dengan kinerja CITA.
Di sisi lain, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, meskipun tujuan rights issue yang dilakukan oleh CITA adalah untuk membayar utang, namun ia menilai aksi korporasi ini cukup menarik.
“Saham akan lebih likuid dan secara teknikal uptrend maka masih bisa diikuti, tetapi mungkin yang mau menebus right-nya sedikit,” ujar William kepada Kontan.co.id, Kamis (30/1).
Baca Juga: Sido Muncul (SIDO) targetkan perbesar kontribusi ekspor hingga 10% di 2020