Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cikarang Listrindo Tbk menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini sebesar US$ 40 juta - US$ 50 juta. Capex tersebut meningkat 25% dibandingkan 2018. Belanja modal ini semuanya dari kas internal perusahaan.
Investor Relation and Corporate Finance Manager Cikarang Listrindo Baskara Rosadi Van Roo mengatakan, belanja modal ini akan digunakan untuk kebutuhan perawatan pembangkit listrik. “Selain itu, akan kami gunakan untuk pembangunan jalur distribusi perusahaan,” katanya pada Kontan.co.id, Rabu (23/1).
Guna merampungkan pembangunan jalur distribusi, mereka memerlukan dana sekitar US$ 15 juta untuk tahun 2019. Saat ini perusahaan memiliki pembangkit listrik berbahan gas (PLTG) 1 yang memiliki kapasitas 755 megawatt (MW). Selain itu, mereka juga mengoperasikan PLTG II memiliki kapasitas cadangan sebesar 109 MW.
Emiten berkode saham POWR ini juga memiliki tenaga listrik berbahan bakar batubara atau PLTU berkapasitas 2x140MW yang mulai dioperasikan pada 2007. Hingga saat ini, total kapasitas terpasang POWR mencapai 1.144 MW.
Pada tahun ini POWR akan mengembangkan pembangkit listrik baru dan terbarukan yakni pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). “Kami lagi mengembangkan pilot project di Cikarang sebesar 52.5 KW,” ujarnya. Untuk itu POWR membutuhkan anggaran sebesar US$ 1 juta setiap 1 MW.
Selain mengembangkan pembangkit listrik terbarukan, POWR juga menargetkan dapat menambah sebanyak 100 pelanggan baru. Sayangnya Baskara belum dapat menyebutkan berapa pelanggan yang sudah berhasil mereka genggam sampai tutup tahun.
“Realisasi pelanggan tahun 2018 nanti akan kita sampaikan ketika laporan keuangan 2018 selesai. Pada 2019 kami percaya akan lebih baik. Kami ingin lebih agresif, kenaikan penjualan kwh kepada pelanggan industri kami prediksi akan seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” paparnya.
Per September 2018, mereka sudah berhasil menambah 50 pelanggan baru. Ia juga belum dapat menyebutkan mengenai target pendapatan dan laba bersih pada tahun ini. Namun ia optimis dengan adanya kenaikan penjualan maka pendapatan pun bakal meningkat.
Agar mencapai pertumbuhan kinerja, POWR juga terus mempertahankan kualitas operasional, memberikan kualitas layanan yang terbaik kepada pelanggan dengan listrik yang stabil dan dapat diandalkan, memenuhi seluruh permintaan listrik tambahan dari kawasan industri dan PLN.
“Kita juga mengoptimalkan utilisasi dari semua unit pembangkit dan melakukan ekspansi pembangkit,” pungkasnya.
Berdasarkan keterbukaan informasi pada Selasa (15/1), POWR juga membutuhkan dana sebesar US$ 20 juta atau setara US$ 295,88 miliar untuk melakukan pembelian saham kembali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News