Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Chemstar Indonesia Tbk memasang target optimistis usai melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten dengan kode saham CHEM ini memproyeksikan pertumbuhan 15% segi revenue tahun ini. Ini berarti, CHEM diproyeksi membukukan pendapatan sekitar Rp 103 miliar tahun ini
Sekretaris Perusahaan CHEM Wenty Akbar Rasjid mengatakan, target pertumbuhan sebesar 15% juga dipasang CHEM untuk 5 tahun mendatang.
“Dari laba, kami menargetkan pertumbuhan sekitar 14,3%, targetnya sama selama 5 tahun ke depan,” terang Wenty dalam konferensi pers pencatatan umum perdana saham CHEM di Jakarta, Jumat (8/7).
Perkiraan ini tidak lepas dari karena kondisi permintaan yang tinggi dari akibat Supply-Chain Shock alias tidak terpenuhinya permintaan industri tekstil domestik. Ini seiring dengan krisis energi dan tingginya tarif logistik.
Baca Juga: PP Presisi (PPRE) Catatkan Kontrak Baru Rp 2,74 Triliun pada Semester I 2022
Sebagai gambaran, pada tahun 2021 CHEM menorehkan pendapatan usaha sebesar Rp 89,62 miliar atau meningkat 13% bila dibandingkan dengan penjualan di tahun 2020 sebesar Rp79,33 miliar.
Dengan raihan tersebut, CHEM berhasil membukukan peningkatan laba bersih sebesar 192% secara tahunan, dibandingkan pada tahun 2020 yang hanya tumbuh 14%.
Direktur Utama CHEM Kwee Sutrimo mengatakan, peningkatan kinerja CHEM yang signifikan tidak lepas dari banyaknya inovasi yang diberikan kepada pelanggan. Diantaranya, berupa bahan pendukung High Performance Textile Effects, seperti seragam militer RI yang memiliki fungsi anti nyamuk hingga seragam yang memiliki fitur anti api.
“Untuk brands sport apparel, kami juga memberikan inovasi seperti produk anti microbial yang mengurangi perkembangan bakteri dan pakaian olahraga menjadi tetap segar dan hygenic,” ungkap Kwee.
Baca Juga: Lautan Luas (LTLS) Tambah Modal Dasar Anak Usaha
Kwee menambahkan, Chemstar punya peluang yang besar untuk bertumbuh. Saat ini, persentase pangsa pasar yang dimiliki CHEM kurang lebih 3% dari keperluan tekstil di Indonesia.
“Sehingga, masih ada 97% yang bisa kami ambil. Mekanisme IPO ditempuh kami untuk memperkuat permodalan untuk mengembangkan bisnis,” terang Kwee.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News