kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Chandra Asri (TPIA) Catat Rugi Bersih US$ 149,4 Juta di 2022, Ini Penyebabnya


Jumat, 31 Maret 2023 / 17:52 WIB
Chandra Asri (TPIA) Catat Rugi Bersih US$ 149,4 Juta di 2022, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Kinerja PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mengalami tekanan sepanjang 2022. (KONTAN/Muradi)


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mengalami tekanan sepanjang 2022. Emiten produsen petrokimia ini membukukan rugi bersih setelah pajak senilai US$ 149,4 juta pada tahun lalu. Sebagai perbandingan, pada 2021 TPIA masih membukukan laba bersih senilai US$ 151,9 juta

Turunnya kinerja bottomline TPIA sejalan dengan terkoreksinya pendapatan, dimana sepanjang tahun lalu TPIA mencatatkan pendapatan senilai US$ 2,38 miliar, turun 7,6% dari pendapatan di 2021 sebesar US$  2,58 miliar.

Suryandi, Direktur SDM & Urusan Korporat PT Chandra Asri Petrochemical Tbk menjelaskan, pendapatan bersih  yang menurun sebesar 7,6% secara tahunan dipengaruhi oleh gangguan pasokan dan permintaan eksternal yang menyebabkan penurunan volume penjualan secara keseluruhan untuk tahun 2022.

Volume penjualan TPIA pada tahun penuh 2022 sebesar 1.909 kilo ton (KT), menurun 13,65% dibandingkan penjualan di periode 2021 yang mencapai 2.211 KT.

Baca Juga: Datangkan Mesin Baru, Chandra Asri (TPIA) Sewa Antonov 124 dan Mendarat di Kertajati

Kata Suryandi, tahun 2022 adalah tahun yang sangat menantang bagi industri petrokimia. Lingkungan ekonomi makro global dan arus perdagangan dipengaruhi oleh gangguan pasokan dan permintaan yang belum pernah diperkirakan sebelumnya. 

Ada pula lockdown yang berkepanjangan di China, lingkungan inflasi dengan suku bunga yang meningkat pesat, serta perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.

“Harga minyak yang tinggi, dan permintaan produk yang rendah, menyebabkan marjin petrokimia tergerus,” kata Suryandi, Jumat (31/3).

Beban pokok pendapatan meningkat sebesar 7,6% secara tahunan menjadi US$ 2,39 miliar, terutama disebabkan oleh harga bahan baku rata-rata yang lebih tinggi di tahun 2022. Harga napththa menyentuh angka US$ 814 per ton, melesat 23,5% dibandingkan dengan rata-rata harga pada 2021 di level US$ 659 per ton. 

Hal ini dipicu oleh kenaikan harga rata-rata minyak mentah Brent sebesar 40% selama 2022 menjadi US$99 per barel dibandingkan dengan harga minyak Brent pada 2021 senilai US$ 71 per barel.

Penurunan pada kinerja pendapatan, peningkatan beban pokok pendapatan diikuti marjin petrokimia yang semakin ketat yang disebabkan kondisi makro ekonomi terkait situasi Rusia-Ukraina, lockdown Covid-19 di China, dan ketidakpastian global mengakibatkan penurunan EBITDA menjadi sebesar US$ 5,3  juta pada  2022 dari sebelumnya mencapai US$ 356,2 juta pada 2021.

Suryandi melanjutkan, untuk mengatasi volatilitas yang sedang berlangsung, TPIA terus mempertahankan kebijakan keuangan dengan prinsip kehati-hatian, serta mempertahankan posisi neraca yang kuat, dengan liquidity pool sebesar US$ 2,67 miliar, yang terdiri dari kas dan setara kas US$ 1,40 miliar, surat berharga senilai US$ 876,4 juta, dan fasilitas committed revolving credit yang masih tersedia untuk dapat digunakan sebesar US$ 393,5 juta.

TPIA juga terus melakukan ekspansi guna meningkatkan kinerjanya. Pada 30 Desember 2022, TPIA menandatangani conditional share and purchase agreement (CSPA) dengan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) untuk mengakuisisi 70% saham di Krakatau Daya Listrik yang bergerak di bisnis listrik. TPIA juga mencaplok 49% saham di Krakatau Tirta Industri yang berkecimpung di bisnis air. Transaksi ini berhasil dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2023, setelah mendapat persetujuan dari para pemegang saham dan pemenuhan beberapa syarat dan ketentuan.

Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Receives Best Taxpayer Award 2022 from Indonesia's Tax Office

Menurut Suryandi, ekspansi ini semakin meningkatkan fundamental model bisnis Chandra Asri dan membuka banyak sinergi yang menarik. Ini memungkinkan diversifikasi dan perluasan basis pendapatan, menjadi aset utilitas infrastruktur, dan memperkuat kemampuan strategis Chandra Asri di pasar inti kami.

“Hal ini sepenuhnya selaras dengan rencana ekspansi yang telah kami siapkan untuk kompleks petrokimia kedua Chandra Asri yang berskala global (CAP2). Kami berkomitmen untuk terus tumbuh dan berkembang guna melayani pelanggan kami di pasar Indonesia yang menarik,” tutup dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×