Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sementara itu, earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) merosot 96,3% menjadi US $4,5 juta. Adapun faktor-faktor yang mendorong penurunan ini adalah permintaan yang lemah untuk produk polymer akibat perang dagang Amerika Serikat (AS), serta perlambatan ekonomi di China karena timbulnya pandemi Covid-19 yang terjadi saat periode Tahun Baru China.
Namun, Suryandi mengatakan adanya pemulihan bisnis di sepanjang kuartal kedua 2020. Terlebih, TPIA melihat adanya peningkatan dalam aktivitas industri terutama di China dan Asia timur laut, yang mengarah pada penguatan permintaan polymer. “Kami harap embusan angin segar ini akan berlanjut sampai kuartal ketiga 2020,” sambung dia.
Optimisme ini juga didukung dengan turunnya harga bahan baku naphtha seiring dengan penurunan harga minyak mentah. Hal ini telah memdorong kenaikan spread margin polymer sebesar 20-30% pada kuartal kedua 2020.
Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) bakal implementasikan teknologi digital twin secara bertahap
Meski kinerja tertekan, Suryandi menegaskan likuiditas TPIA masih dalam posisi yang prima. Per Juni 2020, likuiditas TPIA mencapai US$ 931 juta yang terdiri dari US$ 649 juta dalam bentuk kas dan setara kas, US$250 juta dari revolving credit facility, dan US$32 juta dalam bentuk surat berharga.
Ke depan, TPIA akan menjalankan tiga strategi yang menjadi kunci dalam menjaga kinerja, yakni business continuity yang merupakan komitmen TPIA dalam memenuhi permintaan bahan petrokimia baik di dalam negeri maupun luar negeri. TPIA juga menjalankan operational excellent yakni memastikan pabrik berjalan dengan baik serta financial resilient, yakni memperkuat keuangan emiten ini.
Baca Juga: Barito Pacific (BRPT) akan mengucurkan pinjaman US$ 252 juta untuk PLTU Jawa 9 dan 10
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News