Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga komoditas batubara di ICE Futures Exchange, Selasa (11/7) menembus rekor tertinggi sejak 2014. Batubara melampaui level rekor per Agustus 2014 sebesar US$ 81,30 per metrik ton. Namun, ada potensi koreksi sesaat harga batubara.
Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoin Futures mengatakan, secara teknikal harga yang terlalu tinggi kemungkinan akan memicu koreksi. Menurutnya, biasanya dengan kondisi demikian pedagang akan melakukan aksi ambil untung.
“Kalau sudah mencapai harga tertingginya pasti akan ada koreksi harga,” ujarnya, Rabu (12/7).
Secara jangka panjang, harga batubara masih berpeluang kembali bangkit. Kata Deddy, sejauh ini, permintaan dari Asia maupun Eropa masih cukup tinggi. Wacana penggunaan energi terbarukan yang saat ini banyak digaungkan diperkirakan masih belum bisa diwujudkan dalam waktu singkat.
Energy Information Administration (EIA) memperkirakan pamor batubara akan kembali menguat di sisa tahun ini, karena harga gas alam yang mulai merangkak naik. Namun memasuki tahun 2018, harga batubara diperkirakan akan kembali terpuruk karena saat ini produsen tengah mendorong produksi.
“Belum lagi saat ini AS sudah menarik diri dari konvensi iklim di Prancis,” imbuh Deddy.
Sejak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, politikus Partai Republik itu memang selalu menegaskan rencana untuk menghidupkan kembali industri batubara. Saat ini negeri Paman Sam sudah mengambil sikap menarik diri dari perjanjian konvensi iklim di Paris. Deddy melihat di akhir tahun nanti, batubara akan bergerak di rentang US$ 75-US$ 84 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News