kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cetak rekor baru, IHSG masih bertenaga


Jumat, 10 Mei 2013 / 06:04 WIB
Cetak rekor baru, IHSG masih bertenaga
ILUSTRASI. Jagung rebus memberikan banyak manfaat untuk kesehatan.


Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor baru sepanjang masa (all time high). Rabu (8/5), IHSG naik 0,92% ke level tertinggi di 5.089,33. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, nilai transaksi mencapai Rp 9,7 triliun lantaran dana asing masuk ke pasar saham lokal. Sampai akhir perdagangan, nilai pembelian bersih  asing (net buy) Rp 175 miliar.

Merujuk data statistik BEI, kapitalisasi pasar IHSG semakin membesar dan kini mencapai Rp 4.847 triliun. Adapun, rata-rata rasio harga terhadap laba bersih per saham alias price to earning ratio (PER) IHSG sebesar 18,4 kali dan harga berbanding nilai buku per saham atau price to book value (PBV) mencapai 2,6 kali.

PER IHSG masih di atas PER Hang Seng Hong kong yang sebesar 10,62 kali, PER bursa Singapura yang 13,55 kali, dan PER bursa Shanghai China di 11,71 kali. Tapi PER bursa Nikkei Jepang sebesar 28,28 kali, dan PER Kospi Korea Selatan di 34,08 kali sudah di atas PER IHSG.

Menurut Analis, IHSG masih berpotensi menguat karena aliran dana asing masih masuk. Persepsi tentang mahal atau tidaknya IHSG saat ini memang sangat relatif. Head of Research Batavia Prosperindo Sekuritas, Andy Ferdinand mengatakan, dari sisi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia, PER IHSG  bisa dikatakan masih murah. "Negara kita memiliki PDB growth jauh lebih tinggi dari Jepang. Nyatanya, PER IHSG masih di bawah mereka," ujar Andy.

IHSG, lanjut Andy, lebih cocok dinilai dari sisi price earning to growth ratio (PEG), yakni rasio PE dibagi pertumbuhan pendapatan selama jangka waktu tertentu. Semakin kecil PEG, artinya semakin murah saham tersebut. Nah, PEG IHSG, dalam kalkulasi Andy, masih di level 1,1 kali. "Average negara lain seperti Brasil, Rusia, India dan China juga cuma 1 kali." tuturnya.

Minim faktor negatif

Meski secara historikal, IHSG memiliki potensi turun pada setiap bulan Mei, sejumlah analis percaya, kondisi sebaliknya berpeluang besar terjadi pada Mei tahun ini. Kata Andy, setidaknya butuh dua faktor yang bisa menyebabkan IHSG terjungkal dari posisinya saat ini.

Pertama, adalah stimulus Amerika Serikat (AS) dihentikan. Tapi, pada kenyataannya, Bank Sentral AS telah berkomitmen untuk melanjutkan stimulus hingga tingkat pengangguran turun ke level 6,5%.

Faktor kedua ialah jika imbal hasil pasar saham di Indonesia tak sebagus tahun-tahun sebelumnya. Hal ini bisa saja terjadi bila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang berakibat inflasi melonjak. Tapi, sejauh ini rencana tersebut masih belum pasti.

Menurut analis Trust Securities, Yusuf Nugraha, pergerakan indeks kini malah menunjukkan arah positif. Ia bilang, volume transaksi memperlihatkan minat investor berinvestasi di bursa lokal cukup tinggi. Hal ini bisa disebabkan karena banjir likuiditas serta kinerja fundamental emiten di bursa yang mengesankan.

Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri pun menambahkan, likuiditas asing sebagai faktor penting kinerja IHSG. Investasi asing masih terus masuk ke Indonesia lantaran fundamental ekonomi Indonesia lebih baik dari negara di regional Asia lainnya. "Konsumsi domestik Indonesia yang besar, jadi nilai tawar yang memikat investor," tuturnya.

Namun, Andy tetap mengingatkan adanya gejala pelemahan bursa pada setiap bulan Mei, saban tahunnya. "Saya melihat ada potensi koreksi. Namun, itu lebih disebabkan profit taking wajar yang dilakukan investor," tutur Andy. Andy optimistis, IHSG masih memiliki banyak bahan bakar untuk terus melanjutkan tren kenaikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×