kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cermati valuasi CMPP usai backdoor listing


Rabu, 30 Agustus 2017 / 20:21 WIB
Cermati valuasi CMPP usai backdoor listing


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - PT Rimau Multi Putra Pratama Tbk (CMPP) menegaskan, pihaknya akan fokus pada usaha penerbangan komersial berjadwal. Untuk itu, CMPP akan menerbitkan saham baru dengan HMETD alias rights issue yang nantinya berhubungan dengan backdoor listing PT Indonesia AirAsia (IAA).

Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan, masuknya perusahaan berskala global seperti AirAsia akan meningkatkan minat perhatian khalayak investor. "Bisa jadi hal ini merupakan langkah yang paling efisien dan efektif dalam rangka penetrasi ke dalam pasar modal Indonesia," kata Nafan, Rabu (30/8).

Kebijakan backdoor listing merupakan langkah untuk mendapatkan sumber modal baru dalam rangka memperbaiki kinerja perusahaan ke depan. CMPP juga melakukan divestasi anak perusahaan untuk mendapat dana tambahan. Sehingga, mereka memilih fokus pada pengembangan bisnis penerbangan.

Menurutnya, bisnis penerbangan saat ini terbilang menarik, lantaran memiliki pangsa pasar yang besar. Apalagi, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak dan menjadi bagian dari negara anggota G20, sehingga memiliki potensi ekonomi yang besar.

"Investor yang kritis pasti lebih mencermati perusahaan yang memiliki kinerja positif secara berkesinambungan," ujarnya.

Namun, lanjut Nafan, apabila perusahaan tertutup masuk ke pasar modal melalui aksi backdoor listing, dinilai memiliki awareness yang tidak terlalu besar dari masyarakat. Pasalnya, dinilai kurang mendapatkan akses informasi yang memadai dibandingkan dengan IPO.

Bagi publik, dampak negatif lainnya adalah terpaksa menerima upaya pembelian perusahaan yang masih mengalami rugi bersih. "Seiring dengan market cap yang bertambah, bisa jadi valuasi perusahaan itu kemahalan," imbuh Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×