Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen masih akan mewarnai pasar saham tanah air. Salah satunya yakni rencana bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, yang akan menaikkan suku bunga pada tahun ini.
Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana menilai, topik ini masih menjadi pembahasan dalam Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan dilaksanakan pekan depan. Raditya mengatakan, peningkatan suku bunga oleh The Fed menjadi sentimen negatif untuk pasar, karena investor cenderung memilih dolar AS sebagai instrumen investasi.
“Karena dalam kondisi seperti ini (kenaikan suku bunga), dolar AS berperan sebagai safe haven assets,” terang Raditya kepada Kontan.co.id, Minggu (23/1). Pada saat ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga sedang dalam tren sideways. Oleh karena itu, investor lebih baik wait and see untuk asset berisiko seperti saham.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Melanjutkan Penguatan di Awal Pekan
Raditya merekomendasikan porsi ideal portofolio saat ini yakni sebesar 40% untuk stock (saham) dan 60% untuk cash. Bisa juga dianggarkan dari 60% cash untuk masuk ke beberapa safe haven assets untuk tujuan lindung nilai.
“Besaran porsi portofolio ini tentunya harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor,” sambung dia.
Sementara itu, Direktur Utama Maybank Sekuritas Willianto Ie mengatakan, ada baiknya pelaku pasar menurunkkan kepemilikan di instrumen seperti obligasi jangka panjang. Hal ini karena kenaikan suku bunga akan menyebabkan shifting ke portofolio jangka pendek.
Baca Juga: LQ45 Kalah Tipis dari IDX30, Berikut Saham-Saham yang Jadi Pemberat
Dengan kecenderungan The Fed dan bank sentral di dunia menaikkan suku bunga disertai dengan pengetatan moneter (penjualan obligasi dan penarikan likuiditas pasar), akan terjadi pergeseran dari long term fixed income ke ekuitas atau saham. Pelaku pasar akan kembali mencari peluang ke emerging market yang memiliki pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan AS.
Di sisi lain, pasar saham Indonesia juga masih menarik secara valuasi. Potensi upside juga masih sangat baik
“Bisa juga melakukan shiting ke aset kelas yang lain, seperti komoditas dan properti yang akan booming. Sebab, daya beli yang tumbuh dan mobilitas yang mulai normal menyebabkan harga properti akan naik banyak,” terang Willianto.
Saham Pilihan
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Jelang Rapat The Fed