Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Meski belum merinci, tapi Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Niko Chandra sudah memberikan kisi-kisi target produksi batubara untuk tahun 2025. Niko bilang, PTBA akan mengerek naik volume produksi mempertimbangkan outlook komoditas batubara yang ditaksir akan kembali memanas.
Permintaan domestik diprediksi naik, baik untuk kebutuhan ketenagalistrikan atau dari PT PLN (Persero), maupun untuk sektor lainnya seperti semen dan pupuk. Dari pasar dan harga komoditas global, Niko memandang terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat akan membawa sentimen positif bagi batubara.
"Kondisi ke depan outlook-nya positif. Apalagi secara geo-politik pasca terpilihnya Trump, ada secercah harapan batubara makin memanas," ungkap Niko.
Rekomendasi Saham
Praktisi Pasar Modal & Founder Stocknow.id Hendra Wardana memandang panduan produksi dan penjualan UNTR, MEDC dan PTBA pada tahun 2025 cukup mencerminkan optimisme terhadap outlook industri dan bisnis masing-masing. Tetapi, Hendra juga melihat adanya pendekatan yang hati-hati mengingat potensi ketidakpastian pasar global masih membayangi.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham dan Peluang Emiten EBT di Tengah Rencana Swasembada Energi
Secara umum, Hendra menaksir harga komoditas seperti batubara, minyak, gas, dan logam dasar akan bergerak lebih stabil setelah mengalami fluktuasi yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir. "Faktor utama yang memengaruhi adalah permintaan global cenderung meningkat, didorong pemulihan ekonomi serta pergeseran menuju energi hijau," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Senin (2/12).
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer turut melihat outlook komoditas tambang dan energi akan positif pada tahun 2025. Meski, setiap jenis komoditas memiliki dinamika dan sentimennya masing-masing. Seperti permintaan energi fosil batubara dan minyak yang diperkirakan tetap kuat, terutama dari negara-negara berkembang di Asia yang membutuhkan energi untuk pertumbuhan ekonomi.
Miftahul memprediksi emiten seperti UNTR akan fokus pada pertumbuhan di berbagai segmen bisnisnya. Meski ekspansi signifikan cenderung terbatas pada proyek hilirisasi atau energi hijau. "Dukungan regulasi dan insentif pemerintah akan menjadi kunci dalam merealisasikan ekspansi sektor ini," ungkapnya.
Sebagai rekomendasi, Miftahul menyarankan buy on breakout UNTR untuk target harga Rp 28.525. Rekomendasi lainnya, wait and see terlebih dulu MEDC untuk jangka pendek dengan menunggu di area support Rp 980 - Rp 1.005.
Baca Juga: Produksi Emiten Tambang Emas Berkilau pada Semester I-2024
Sedangkan Hendra menyarankan buy on weakness MEDC di Rp 980 untuk target harga Rp 1.185. Kemudian, buy on weakness PTBA di Rp 2.580 untuk target harga Rp 2.830. Selanjutnya, speculative buy UNTR untuk target harga Rp 28.000 per saham.
Selanjutnya: Indeks Reksadana Saham Masih Catat Penurunan Per November 2024, Ini Penyebabnya
Menarik Dibaca: Cara Melihat Spotify Wrapped 2024 untuk Mengetahui Playlist Selama 1 Tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News