kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cermati rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO) dari Ciptadana Sekuritas


Jumat, 07 Mei 2021 / 07:50 WIB
Cermati rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO) dari Ciptadana Sekuritas


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan kinerja positif di kuartal I 2021. Emiten produsen nikel ini membukukan pendapatan US$ 207 juta di kuartal I 2021 atau naik 18,3% secara year on year (yoy). Sementara untuk bottom line, INCO membukukan US$ 33,7 juta atau naik 16,4% secara yoy.

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo dalam risetnya pada 28 April 2021 menuliskan, walaupun laba bersih INCO baru memenuhi 18% dari proyeksi Ciptadana, ia melihat, INCO akan menggenjot produksinya pada kuartal II dan III-2021 untuk menutup kinerja pada kuartal I-2021. Dus, Thomas meyakini, kinerja INCO masih sejalan dengan proyeksi Ciptadana.

“Kokohnya kinerja bottom line INCO didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang signifikan, serta adanya penurunan pada rasio biaya operasional dari 0,9% pada kuartal I-2020, menjadi 0,5% pada kuartal I-2021,” tulis Thomas dalam risetnya.

Baca Juga: Vale Indonesia catatkan pendapatan positif di tahun ini, simak rekomendasi saham INCO

Sementara secara kuartalan, laba bersih INCO naik hingga 5 kali lipat dari hanya US$ 6,2 juta pada kuartal IV-2020 menjadi US$ 33,7 juta pada tiga bulan pertama di tahun ini. Thomas menyebut, hal ini seiring dengan naiknya average selling prices (ASP) nikel sebesar 17% dan pelebaran margin.

Namun, penjualan nikel INCO secara kuartalan justru turun 8,6% menjadi 14,847 ton. Thomas menjelaskan, penurunan ini diakibatkan adanya proses pemeliharaan tahunan yang dilakukan INCO.

Ke depan, Thomas mengatakan, salah satu katalis negatif yang bisa memengaruhi produksi INCO adalah pembangunan furnace 4 akan ditunda hingga November 2021. Dalam proses pembangunan tersebut, furnace 4 tidak akan beroperasi setidaknya selama lima bulan, atau hingga Maret 2022.

Selain itu, perkembangan smelter yang terletak di Bahodopi dan Pomalaa juga sedikit tertunda seiring adanya pandemi Covid-19. Kedua proyek tersebut masih menunggu beberapa perizinan serta masih dalam tahap negosiasi dengan para partner untuk menyelaraskan standar kelayakan, tata kelola proyek, dan opsi sumber daya.

“Dengan mempertimbangkan timeline baru seiring pembangunan furnace 4 yang tertunda, kami memangkas proyeksi volume produksi INCO sebesar 2,3% menjadi 68.628 ton,” imbuh Thomas.

Sementara untuk ASP nikel pada tahun ini, ia memproyeksikan harganya akan ada kisaran US$ 17.000 per ton dengan asumsi pabrik baja di China sudah beroperasi dalam kapasitas penuh sejak kuartal II-2021.

Dus, dengan berbagai pertimbangan tersebut, Thomas pun memperkirakan pendapatan INCO pada tahun ini akan mencapai US$ 933 juta dengan laba bersih US$ 188 juta.

Ciptadana saat ini merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 6.700 per saham. Adapun, saham INCO pada perdagangan Kamis (6/5) ditutup melemah 0,2% ke Rp 4.960 per saham.

 

Selanjutnya: Asyik, INCO sisihkan dividen US$ 33 Juta setelah absen sejak tahun 2014

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×