Reporter: Harry Febrian | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rupiah masih akan anteng hari ini. Rabu kemarin (18/4), kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan perdagangan rupiah ditutup menguat tipis 0,01% ke Rp 9.177 per dollar AS. Sebaliknya, di pasar spot rupiah justru melemah 0,05% dan hinggap di kurs Rp 9.179 per dollar AS.
Hari ini, Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih melihat rupiah masih akan bergerak tipis antara Rp 9.170 - Rp 9.180 per dollar AS. Sentimen dalam maupun luar negeri yang masih minim belum bisa menggoyang fundamental rupiah.
Oleh sebab itu perhatian investor sebaiknya ditujukan ke yuan China. "Perlu dicermati karena sengaja dilemahkan," kata Lana. Padahal, menurut dia, selama ini pergerakan yuan dan rupiah bisa dibilang sebanding. Akibatnya, rupiah bisa saja ikut melemah.
Selain itu, pelaku pasar masih wait and see soal bahan bakar minyak (BBM). "Kalau sikap pemerintah sudah jelas soal kenaikan harga BBM bersubsidi, baru investor lebih yakin memasang posisi," kata dia.
Beda pandangan, Nurul Eti Nurbaeti, Head of Research Divisi Treasury BNI, justru melihat sentimen negatif terhadap rupiah mulai berkurang. "Karena tak ada pemenang obligasi benchmark, pelaku pasar mencari di pasar sekunder yang bisa menaikkan harga obligasi," ujar Nurul. Dus, pamor rupiah bisa ikut terdongkrak. Dana asing yang masuk ke bursa saham juga cenderung naik. Ini bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah.
Meski begitu, Nurul memperkirakan rupiah masih akan bergerak secara mendatar dalam kisaran Rp 9.150 sampai Rp 9.180 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News