kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cermati Lima Saran Agar Tak Kejeblos Seperti Kasus Jouska


Sabtu, 25 Juli 2020 / 10:19 WIB
Cermati Lima Saran Agar Tak Kejeblos Seperti Kasus Jouska


Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

KONTAN.CO.ID - Deret kasus kerugian investasi karena salah kelola, semakin bertambah. Paling anget adalah penempatan dana perusahaan perencana keuangan PT Jouska Finansial Indonesia yang kemudian seret tak bisa ditarik oleh para klien.

Perusahaan penyedia jasa informasi keuangan, Lifepal.co.id membagikan saran yang merupakan pelajaran kasus Jouska. Harapannya, mereka tidak terjebak kasus serupa.

Berikut ini lima pelajaran tersebut:

Pertama, penasihat keuangan tidak diperkenankan mengelola dana klien.

Cakupan layanan perencana keuangan adalah mengembangkan rencana keuangan dan mempresentasikannya kepada klien sebagai rekomendasi. Rekomendasi yang diberikan dapat berupa laporan keuangan, simulasi tujuan keuangan, saran untuk menabung, saran membeli asuransi, saran berinvestasi dan lainnya. 

Perencana keuangan seharusnya tidak mengelola dana klien dan memiliki akses langsung untuk memperjualbelikan saham di rekening dana nasabah. Sementara itu pihak yang bisa mengelola dana nasabah harus mengantongi izin sebagai manajer investasi (MI). 

Baca Juga: Satgas Waspada Investasi Panggil Jouska Pekan Depan, Bisa Berlanjut ke Proses Hukum 

Tujuan dan kondisi keuangan dapat berubah sewaktu-waktu. Oleh karena itu penting juga kita memiliki kontrol atas keputusan finansial yang dipilih. 

Sebagai klien perencana keuangan, kita seharusnya menggunakan kesempatan ini untuk belajar dengan panduan dari perencana keuangan. Namun tetap melakukan segala keputusan finansial secara mandiri tanpa paksaan atau kendali dari pihak manapun.

Kedua, dalam berinvestasi seharusnya investor melakukan diversifikasi.

Terlepas dari pengelolaan transaksi saham, perencana keuangan harus  mengerti dengan baik konsep diversifikasi portofolio investasi. Artinya, kita harus menyebarkan investasi pada beberapa instrumen investasi atau saham agar mengurangi risiko kerugian. Investor biasanya menyebar investasi ke dalam 5-15 perusahaan.

Ada berbagi faktor eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi performa dan harga saham sebuah perusahaan. Misalkan saja perubahan kebijakan pemerintah, bencana alam, wabah, pandemi, keputusan manajemen, dan berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan atau menurunkan nilai saham secara drastis.

Berangkat dari informasi salah satu klien Jouska yakni Yakobus Alvin, sebesar 73,3% dari total portofolio diinvestasikan pada satu perusahaan saja. Hal ini tentunya bukan hal yang tepat untuk dilakukan karena memiliki risiko yang sangat besar.

Ketiga, jangan membeli saham di harga yang terlalu mahal.

Perencana keuangan seharusnya mampu memberikan saran untuk membeli saham dengan harga yang tepat. Ada berbagai cara untuk menentukan harga saham yang layak. 

Untuk memperkuat analisis, perencana keuangan dan investor bisa membandingkan price earning ratio (PER) dan price book value ratio (PBV) PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) dengan tiga emiten lain yaitu PT Astra Graphia Tbk (ASGR), PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) pada tanggal yang sama. Investor dapat melihat pendapatan bersih perusahaan jika dibandingkan dengan harga saham dan jumlah saham yang beredar.

Kalau PBV didapat dengan membagi harga per lembar saham dengan nilai buku atau ekuitas dari emiten per lembar saham. Ekuitas adalah total aset perusahaan, dikurangi dengan semua hutang perusahaan. Artinya jika dalam kasus terburuk perusahaan bangkrut dan dilikuidasi, pemegang saham akan dibagikan nilai buku dari perusahaan.

Keempat, kapasitas dan toleransi risiko investor seharusnya dijadikan pertimbangan.

Setiap orang memiliki tingkat kapasitas risiko yang berbeda. Sebab, bisa saja dana investasi itu bisa saja dibutuhkan untuk tujuan finansial tertentu.

Tujuan finansial dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan jangka waktu. Untuk tujuan keuangan jangka pendek biasanya akan dicapai dalam 1-2 tahun. Untuk jangka menengah untuk jangka waktu 2-5 tahun dan untuk tujuan jangka panjang akan dicapai dalam jangka waktu lebih dari 5 tahun. 

Penempatan investasi tentu akan disesuaikan dengan jangka waktu. Untuk tujuan keuangan jangka pendek biasa ditempatkan di instrumen berisiko rendah seperti deposito atau obligasi negara. Sementara untuk tujuan jangka panjang dapat ditempatkan pada instrumen dengan keuntungan besar dan risiko besar seperti saham.

Dalam berinvestasi, investor juga harus memiliki batas toleransi tentu dalam menghadapi kerugian. Investor seharusnya memiliki pilihan untuk cut loss yang artinya berani menghentikan kerugian pada batasan tertentu. 

Jika dianggap batas toleransi kerugian adalah 20% contohnya, investor bisa segera melepas investasi saham di situasi merugi. Hal ini tentunya dengan merujuk pada pertimbangan matang lain.

Baca Juga: Grup Fikasa Tersandung Dugaan Gagal Bayar Promissory Notes

Kelima, waspada ketika berinvestasi di saham dengan nilai transaksi kecil.

Hal lain yang menjadi pertimbangan berikutnya adalah likuiditas. Ketika berinvestasi, salah satu aspek yang diperhatikan adalah nilai transaksi jual-beli lembar saham dalam kurun waktu tertentu. 

Nilai transaksi yang kecil dapat mengakibatkan fluktuasi nilai yang sangat besar. Nilai saham dapat meningkat atau menurun sangat drastis dengan angka transaksi yang kecil. Dalam kasus saham LUCK, penurunan harga saham tejadi sangat drastis.

Catatan: penulisan artikel tidak bermaksud untuk mendiskreditkan pihak manapun. Penyebutan nama emiten bukan rekomendasi untuk menjual atau membeli saham tertentu. Semua informasi yang diolah dan dianalisis menggunakan data dan informasi publik yang tersedia untuk masyarakat umum dan dapat dipertanggungjawabkan oleh Lifepal.co.id. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×