CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Cermati berita di halaman bursa saham hari ini


Kamis, 02 Juli 2015 / 05:13 WIB
Cermati berita di halaman bursa saham hari ini


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Menemani aktivitas anda di pagi hari, kami menyuguhkan sejumlah berita menarik tentang bursa saham di halaman 2 Harian KONTAN edisi hari ini (2/7). Berikut ini ringkasannya.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

Tahun 2015 menjadi tahun berat dan menantang bagi beberapa emiten. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) salah satunya harus berjuang agar margin laba tak tergerus. Untuk mengantisipasi, UNVR mengkaji menaikkan harga.

"Kami akan monitor terus kenaikan harga," ucap Sancoyo Antarikso, Sekretaris Perusahaan UNVR, Selasa, (30/6). Sejatinya pada Maret 2015, UNVR telah menaikkan harga jual secara rata-rata sebanyak 1%.

Kenaikan harga jual yang dilakukan oleh UNVR bukan tanpa alasan. Salah satunya adalah, fluktuasi nilai tukar rupiah yang cukup membebani. Maklum, sebesar 55% input cost UNVR berhubungan dengan mata uang asing seperti dollar AS, euro, dan poundsterling.

Nah untuk itu, UNVR berusaha meminimalisir volatilitas pergerakan mata uang asing terhadap margin laba dengan cara melakukan lindung nilai atau hedging. UNVR telah melakukan hedging selama 13 minggu atau tiap kuartal untuk mencegah kerugian kurs yang harus ditanggung.

Kenaikan harga jual juga dilakukan emiten konsumer lain. Yakni PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Direktur Utama MYOR, Andre Sukendra Atmadja beberapa waktu lalu mengatakan akan menaikkan harga jual 5%-10% di tahun ini. Di tahun lalu MYOR telah menaikkan 10%.

PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Kinerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih jeblok. Sepanjang 2014, emiten Grup Bakrie ini menderita rugi bersih senilai US$ 387,99 juta. Angka ini menyusut 36,3% daripada kerugian 2013 senilai US$ 609 juta.

Mengacu laporan keuangan yang dirilis Rabu (1/7), pendapatan BUMI turun 22% year-on-year (yoy) menjadi US$ 2,78 miliar. Di sisi lain, BUMI menekan beban pokok pendapatan hingga turun 21% (yoy) menjadi US$ 2,3 miliar.

Per akhir 2014, BUMI mengalami defisiensi modal US$ 733 juta, naik dari tahun sebelumnya US$ 302,9 juta.

PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)

Manajemen PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menyatakan telah melunasi utang lebih dari US$ 40 juta dari Mitsubishi & Japex. Secara total, sejak Desember 2013 hingga Juni 2015, ENRG berhasil melunasi utang lebih dari US$ 279 juta.

Chief Executive Officer (CEO) ENRG, Imam Agustino, menyebutkan, dalam lima tahun terakhir, ENRG secara bertahap berhasil meningkatkan produksi dan harga jual gasnya. "Fokus utama kami saat ini melunasi fasilitas pinjaman dalam neraca perusahaan, yang diharapkan dapat berdampak terhadap menurunnya beban bunga pinjaman di masa mendatang,” ujar dia dalam rilis yang diterima KONTAN, kemarin.

PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU)

Langkah Asia Coal Energy Ventures Limited (ACE) mengakuisisi induk usaha PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) telah mendapat persetujuan pemegang saham. ACE telah mendapat restu dari mayoritas pemegang saham Asia Resources Mineral Ltd (ARMS). Ini merupakan kesepakatan lanjutan, setelah sebelumnya ACE berhasil mendapat dukungan dari Nathaniel Rothschild, yang memegang 17,2% dari saham ARMS.

Dukungan lain datang dari Ravenwood, pemilik  23,81% saham ARMS. Selain itu, ada juga dari Samin Tan yang menguasai 23,75% serta ASM Asia Recovery Fund 2,14%, ASM Hudson River Fund 0,21%, ASM Co-Investment Opportunity Trust II LP 1,97% dan ASM Connaught House Fund LP penguasa  0,32%. Dalam keterbukaan informasi ACE menyebutkan, penawaran akan diperpanjang hingga 15 Juli 2015 pukul 1 siang waktu London.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)

Pernyataan Menteri BUMN, Rini Soemarno tentang pembatalan transaksi share swap PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dibantah. TLKM dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia menjelaskan,  share swap alias tukar guling saham PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dengan TBIG hanya diperpanjang.

TLKM dan TBIG telah menandatangai Conditional Share Exchange Agreement (CSEA) pada Oktober tahun lalu diperpanjang hingga Maret 2016. Andi Setiawan, Vice President Hubungan Investor TLKM mengatakan, perjanjian penukaran saham bersyarat dalam proses syarat penutupan. TLKM dan Tower Bersama memperpanjang tanggal pemenuhan syarat dari 31 Desember 2014 hingga enam bulan berikutnya. "Yakni 30 September 2015 hingga enam bulan berikutnya," tulis Andi, Rabu (1/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×