Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
“Tentu, nanti ketika memasuki umur 40 tahun ke atas, portofolio saya juga akan disesuaikan lagi. Yang jelas, mumpung masih muda, saya ingin untuk bisa seagresif mungkin,” paparnya.
Salah satu prinsip investasi Gabriel adalah time in the market mengalahkan market timing. Menurutnya, investor tidak akan bisa market timing dengan tepat, karena tidak ada yang tahu mana titik terendahnya maupun tertingginya. Oleh karena itu, dirinya mengaku terus melakukan konsep Dollar Cost Average (DCA) pada Bitcoin.
Sementara untuk aset kripto lain, dia mengungkapkan hanya memiliki porsi yang kecil dan cenderung lebih untuk trading. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan keuntungan yang lebih besar di mana keuntungannya nanti akan dibelikan Bitcoin juga.
Gabriel menyarankan bagi investor yang khususnya mau masuk ke aset kripto, sebaiknya pastikan instrumen yang dipilih ada Bitcoin, apalagi jika jangka waktunya untuk jangka panjang. Menurutnya, investor institusi maupun pengelola investasi akan menyimpan dananya di Bitcoin di mana hal ini sudah mulai terjadi dan akan semakin banyak ke depannya.
Jadi, dari sisi basis investor, Bitcoin jelas memiliki investor yang paling banyak sehingga potensi pertumbuhannya masih akan luar biasa serta menunjukkan tingginya kepercayaan investor. Selain itu, pastikan investor untuk sudah paham segala macam potensi risiko serta menggunakan uang dingin untuk berinvestasi di aset kripto.
“Kalau mau masuk ke alt coin, investor harus melakukan analisa kelebihan dan kekurangan, seperti jumlah supply-nya, lalu github-nya untuk source code-nya dan juga team developernya. Lalu, yang terpenting, jangan hanya investasi berdasarkan FOMO tanpa mengerti fundamentalnya,” tutup Gabriel.
Selanjutnya: Binance Coin (BNB) berkinerja paling apik, Ethereum (ETH) menarik untuk dilirik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News