kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CEO Jagartha Advisors: Jangan kapok saat rugi di awal investasi


Sabtu, 09 Januari 2021 / 14:58 WIB
CEO Jagartha Advisors: Jangan kapok saat rugi di awal investasi
ILUSTRASI. Pernah buntung saat pertama kali berinvestasi forex, CEO Jagartha Advisors, FX Iwan tidak kapok untuk berinvestasi kembali


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernah buntung saat pertama kali berinvestasi forex, CEO Jagartha Advisors, FX Iwan tidak kapok untuk berinvestasi kembali. Bahkan  pengalaman investasi pertamanya tersebut justru mengantar Iwan untuk berinvestasi kepada banyak instrumen hingga menjadi angel investor

Saat investasi forex populer di Indonesia sekitar tahun 2000 silam, Iwan ikut mencoba berinvestasi pada instrumen yang  memiliki volatilits tinggi tersebut. "Kenal forex dari keluarga juga teman-teman karena saat itu forex masih baru muncul dan banyak orang Indonesia yang pengen coba," kata Iwan yang  mencoba investasi forex saat awal dirinya  masuk  ke Universitas Binus.

Akhirnya, hanya berbekal rasa penasaran dan kebetulan memiliki modal cukup, sekitar US$ 5.000 ia menguji adrenalin dalam berinvestasi di forex. Lantas hasilnya, Iwan mengatakan  ujung-ujungnya tentu merugi. Hingga akhirnya, Iwan memutuskan untuk tidak melanjutkan investasinya di forex dan fokus menamatkan sarjana dari jurusan teknik industri.

Setelah lulus sarjana, ternyata pengalaman trading forex membuat Iwan semakin penasaran untuk mendalami dunia ekonomi dan investasi. "Dari forex jadi belajar makro ekonomi secara umum untuk tau arah pergerakan valuta asing," kata Iwan.

Baca Juga: Lie Kurniawan: Meniti Karier Berbekal Kepiawaian di Pasar Modal Sejak Usia Sekolah

Akhirnya Iwan mengambil Certified Financial Planner (CFP) dan mengawali karir di dunia perbankan. Dari sinilah Iwan memperdalam pengetahuan bagaimana investasi yang baik dan benar untuk pemula. 

Dari pengalamannya Iwan menyadari bahwa investor pemula perlu mencari instrumen investasi yang tidak dia kelola sendiri, melainkan melalui reksadana. Iwan mengatakan dalam memilih reksadana juga harus disesuaikan dengan profil risiko diri kita masing-masing.

Dari reksadana Iwan jadi mengerti bagaimana cara kerja pasar modal. Dia juga mengamati aset saham di reksadananya. Hingga akhirnya, Iwan memutuskan ingin mendapat keuntungan lebih besar dengan memegang sendiri underlying asset reksadananya, yaitu saham.

Baca Juga: Ganjar Pranowo: Pengusaha pariwisata mohon maaf Anda rugi

Selain berinvestasi di pasar modal, Iwan mengembangkan investasinya pada bisnis riil. Iwan memutuskan untuk menjadi angel investor pada start up sejak lima tahun terakhir. "Sebenarnya dalam 10 tahun terakhir investasi di start up tumbuh signifikan dan akhirnya ikutan terjun juga," kata Iwan. 

Iwan yang sempat mengambil program Executive Education, Venture Capital di University of California Berkeley, Haas School of Business ini mengaku menikmati dirinya sebagai investor start up karena bisa secara tidak langusng turut membantu perkembangan perusahaan tersebut. Berbeda dengan investor saham yang pengelolaanya hanya dilakukan oleh manajemen.

Baca Juga: Mencermati Prospek Bisnis dan Investasi Agro Tahun 2021

Amati bisnis

Iwan mengatakan dari start up, pemikirannya jadi terus berkembang pada bisnis atau sektor apa yang akan populer di masa yang akan datang. Hingga akhirnya, Iwan juga berinvestasi pada production house pembuat film karena dia memproyeksikan ekonomi di dunia kreatif akan berkembang.

Dari segudang pengalamannya dalam berinvestasi, Iwan mengatakan untuk masuk ke instrumen investasi yang berisiko tinggi tentunya harus dibekali dengan pengetahuan yang mumpuni. Jadi, jangan tergiur oleh potensi keuntungannya saja. "Investasi harus paham betul, tidak bisa hanya mengikuti kata orang," kata Iwan.

Jika investasi Anda mengalami kerugian, Iwan juga menyarankan jangan sampai kapok untuk berinvestasi kembali. Iwan mengenang untung saja saat dirinya mencoba investasi forex dan gagal baru menggunakan modal yang ia nilai kecil. "Modal kecil kalau rugi kapoknya enggak selamanya, yang repot kalau awal coba investasi dengan modal besar lalu gagal," kata Iwan. 

Selain itu, investor pula juga harus menyadari seperti apa profil risiko mereka. "Sebesar apa toleransi risiko yang bisa ditanggung itu penting dipertimbangkan," kata Iwan. Bagi investor yang sadar akan risiko dan toleransi kerugiannya cenderung cukup sabar dalam berinvestasi. Iwan mencontohkan tidak jarang investor saham cepat melakukan cut loss saat ketidakpastian yang sifatnya sementara datang. 

Baca Juga: Potensi Rugi di Asabri Capai Rp 17 Triliun

Padahal, bisa saja saham tersebut akan kembali menguat. Iwan melihat keputusan investasi yang kurang tepat lebih disebabkan bukan karena investor tidak mengerti pasar melainkan karena tidak sabar dan cenderung tidak menyesuaikan dengan profil risikonya masing-masing.  

Diversifikasi instrumen investasi juga penting dilakukan oleh investor pemula. Selain itu, jangan takut untuk mencoba beragam instrumen investasi baru yang memang sudah mendapat izin dari pemerintah. Iwan pun memiliki investasi di peer to peer lending dan bitcoin.

Terakhir, investor juga harus bisa mengontrol emosi saat mengejar keuntungan. Baiknya juga diimbangi dengan metode investasi secara bertahap atau dollar cost averaging (DAC). "Coba saja disiplin reguler melakukan pembelian investasi," kata Iwan.

Baca Juga: Yuk intip 5 strategi investasi yang dipakai Warren Buffett, patut dicontoh investor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×