Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten properti berhasil mendongkrak kinerja pendapatan dan laba bersihnya hingga periode kuartal III 2022. Namun, ada sejumlah tantangan yang menghadang emiten properti di sisa tahun ini.
Sebagai gambaran, emiten properti yang kinerjanya moncer sepanjang sembilan bulan 2022 antara lain PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Pendapatan CTRA tumbuh 8,73% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 7,22 triliun.
Dari sisi bottom line, CTRA meraih laba bersih senilai Rp 1,52 triliun, melesat 50,5% dibandingkan raihan per kuartal III-2021. Kinerja PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) tak kalah cemerlang.
SMRA meraup pendapatan neto sebanyak Rp 4,21 triliun hingga periode September 2022, meningkat 11,37% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. SMRA meraih laba bersih Rp 309,67 atau meroket 81,68% secara YoY.
Kinerja PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) juga mentereng. APLN membukukan penjualan dan pendapatan usaha senilai Rp 7,38 triliun. Melesat 154,48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Mengekor Wall Street, Bursa Asia Turun Jelang Laporan Pekerjaan AS
Top line APLN terdongkrak oleh penjualan Mal Central Park senilai Rp 4,08 triliun. Dari sisi bottom line, APLN membalikkan posisi dari rugi Rp 464,82 miliar menjadi laba Rp 2,35 triliun.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih melihat, mayoritas kinerja emiten properti hingga September 2022 secara umum ditopang oleh pra-penjualan (marketing sales) yang masih mendapatkan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) mencatatkan pertumbuhan yang stabil yaitu sebesar 7,7%. Sedangkan penyaluran kredit properti mengalami akselerasi dari 5,4% YoY di bulan Agustus menjadi 6,5% di bulan September.
Menurut Ratih, akselerasi kredit tersebut merespons berakhirnya potongan PPN DTP pada September 2022. Selesainya masa insentif tersebut akan menjadi tantangan bagi emiten properti. Apalagi di tengah kenaikan suku bunga.
"Dengan demikian, penjualan properti ke depannya akan bergerak terbatas, ditambah kenaikan suku bunga menyebabkan tingkat bunga KPR turut merangkak naik," ujar Ratih kepada Kontan.co.id, Jum'at (4/11).
Di sisi lain, jika emiten mengandalkan recurring revenue dari pendapatan sewa, kenaikan inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat. Sehingga intensitas kunjungan mall berpotensi menurun dan berpengaruh terhadap occupancy rate pusat perbelanjaan.
Baca Juga: Prediksi IHSG Jumat (4/11) Turun, Ini Saham Pilihan Analis Untuk Dapat Cuan
"Saat ini pergerakan saham emiten sektor properti masih terbatas karena belum adanya sentimen yang dapat menjadi booster hingga akhir tahun nanti," imbuh Ratih.
Namun, emiten properti tetap punya prospek yang menarik. Pasalnya, secara historis setelah commodity boom yang saat ini sedang terjadi siklus selanjutnya adalah tingginya permintaan properti.
"Penambang dan investor yang telah memiliki dana lebih akibat keuntungan dari meningkatnya harga komoditas berpotensi mengalihkan sebagian dananya untuk investasi pada aset properti," kata Ratih.
Adapun secara teknikal, Ratih menyoroti pergerakan saham CTRA, SMRA, dan APLN. Berikut rekomendasinya:
CTRA:
Buy on Weakness di area Rp 900 - Rp 910 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp 980. Pertimbangkan cut loss apabila break support pada area di level harga Rp 890.
Buy on Weakness di area Rp 550 - Rp 560 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp 620. Pertimbangkan cut loss apabila break support pada area di level harga Rp 530.
Sell on High dengan target harga pada resistance di level Rp 170 serta pertimbangkan support di level harga Rp 150 - Rp 147.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News