Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten di industri minyak dan gas (migas) sudah merilis laporan keuangan semester I-2024. Sebagian mencetak kinerja apik dengan membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih.
Tengok saja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang membukukan pendapatan sebesar US$ 1,16 miliar. Meningkat 4,50% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari posisi US$ 1,11 miliar pada semester I-2023.
Sedangkan laba bersih MEDC melonjak 68,24% (YoY) dari US$ 119,46 juta menjadi US$ 200,99 juta per Juni 2024. Pertumbuhan kinerja ini tampak mendongkrak laju saham MEDC yang secara year to date (YtD) mengakumulasi kenaikan 11,26%.
Selanjutnya emiten dari Grup Pertamina, PT Elnusa Tbk (ELSA) yang mengantongi pendapatan senilai Rp 6,31 triliun pada semester I-2024. Tumbuh 7,67% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,86 triliun.
ELSA meraih laba bersih Rp 442,98 miliar dalam periode enam bulan 2024, melonjak 77,12% dari keuntungan Rp 250,10 miliar pada semester I-2023. Dari sisi pergerakan saham, harga ELSA melaju 25,77% (YtD).
Baca Juga: Ada Potensi Kenaikan IHSG 5,4%, Intip Rekomendasi Saham dari Mirae Asset
Kemudian ada PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) yang pendapatannya meningkat 22,90% (YoY) dari US$ 31,18 juta menjadi US$ 38,32 juta. Secara bottom line, laba bersih WINS meroket 1.174,28% secara tahunan.
WINS meraih laba bersih US$ 13,38 juta hingga Juni 2024, berbanding US$ 1,05 juta pada periode yang sama tahun lalu. Harga saham WINS pun menanjak 24% sejak awal tahun 2024.
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) tak ketinggalan untuk mendongkrak top line dan bottom line. Penjualan neto ENRG naik 5,44% (YoY) dari sebelumnya US$ 191,47 juta menjadi US$ 201,89 juta.
Laba bersih ENRG ikut terdongkrak sebanyak 26,19% (YoY) dari US$ 26,57 juta menjadi US$ 33,53 juta. Hanya saja, pergerakan saham ENRG belum sejalan, lantaran masih mengakumulasi pelemahan 8,18% (YtD).
Research Analyst Phintraco Sekuritas Arsita Budi Rizqi menilai secara umum kinerja emiten migas pada separuh pertama tahun ini memenuhi ekspektasi. Performa emiten ditopang oleh kenaikan harga komoditas minyak dan gas secara kuartalan, sehingga membawa realisasi harga yang lebih baik.
Pada semester kedua ini, Arsita menaksir prospek emiten migas masih tetap positif, dengan peluang pertumbuhan yang stabil. "Emiten yang memiliki diversifikasi portofolio produksi, serta yang mampu menekan biaya operasional akan berada di posisi yang baik ketika menghadapi volatilitas harga komoditas," kata Arsita kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).
Di tengah sejumlah sentimen ekonomi dan geopolitik yang membayangi, harga minyak mentah dunia berpotensi menghangat lagi. Pada saat yang sama, situasi ini bisa membuat pergerakan harga migas berfluktuasi lebih kencang.
Seperti pada Rabu (7/8), harga minyak mentah WTI naik 2,77% ke level US$ 75,23 per barel. Sedangkan brent menguat 2,42% ke posisi US$ 78,33 per barel. Meski, harga minyak mentah dunia kembali bergerak landai pada perdagangan Kamis (8/8).
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Menguat untuk Hari Ketiga Berturut-turut Usai Data Pekerjaan AS
Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengamati lonjakan harga minyak dunia pada Rabu lalu terjadi akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap eskalasi geopolitik di Timur Tengah yang dan menurunnya persediaan minyak mentah global.
Ratih menyoroti pertemuan OPEC+ di awal bulan Agustus yang memiliki pandangan sama seperti pertemuan sebelumnya pada Juni 2024 terkait kesepakatan pemangkasan produksi. Ratih pun memproyeksikan harga minyak mentah WTI akan berada pada kisaran US$ 70 - US$ 80 per barel hingga akhir tahun 2024.
Proyeksi tersebut telah mempertimbangkan pemangkasan suku bunga The Fed yang berpotensi terjadi pada September 2024. Menimbang sentimen yang membayangi, Ratih melihat kinerja emiten migas masih berpeluang tumbuh hingga akhir tahun 2024, namun dengan ruang yang cukup terbatas.
Analis RHB Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi menimpali, rata-rata harga minyak mentah masih berpotensi mendaki sampai akhir tahun 2024. Wafi mengestimasi harga rata-rata minyak bisa mencapai US$ 85 - US$ 86 per barel, dengan bullish skenario menyentuh US$ 90 per barel.
Rekomendasi Saham
Meski begitu, dampak terhadap kinerja dan pergerakan saham emiten migas akan bervariasi. Masing-masing emiten punya katalis penggeraknya. Wafi mencontohkan ELSA yang kinerjanya bisa terdorong oleh target lifting dan akselerasi eksplorasi migas yang ingin dicapai pemerintah.
Kemudian MEDC yang kinerjanya bisa kembali terangkat oleh kontribusi dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Wafi juga melirik PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dimana segmen distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) berpotensi naik pada semester kedua, sejalan dengan potensi naiknya permintaan dari aktivitas pertambangan.
Dus, Wafi menilai saham ELSA, MEDC dan AKRA layak koleksi sebagai pilihan investasi. Sedangkan Ratih menyematkan rekomendasi buy untuk saham MEDC dan ELSA dengan target harga masing-masing pada resistance di level Rp 1.350 dan Rp 520 per saham.
Arsita turut melirik saham MEDC dan ELSA. Rekomendasinya, buy on support saham MEDC pada area Rp 1.280 untuk target harga Rp 1.350 serta trading buy ELSA dengan target Rp 505. Saham pilihan lainnya adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan target harga Rp 1.625.
Secara teknikal, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menilai saham ELSA, ENRG dan WINS layak dikoleksi. Bagi saham ELSA, cermati support Rp 430 dan resistance Rp 510.
Pada saham ENRG, perhatikan support Rp 172 dan resistance Rp 220. Sementara support untuk WINS ada di Rp 420 dan resistance Rp 535. Selain itu, William menyarankan wait and see MEDC dengan support Rp 1.200 dan resistance pada Rp 1.380 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News