Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masalah laporan keuangan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menghantui kinerja emiten sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya. Namun, kinerja emiten BUMN secara keseluruhan diprediksi tidak akan terlalu terpengaruh banyak.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kinerja emiten BUMN tentunya bergantung kepada sektor dan kinerja masing-masing perusahaan.
“Kita tidak bisa langsung memberikan sentimen negatif kepada semua saham BUMN hanya beberapa di antaranya mungkin memiliki kinerja yang kurang baik,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (11/6).
Nico melihat, kinerja BUMN sektor perbankan saat ini masih mencatatkan kinerja yang unggul. Bahkan, dengan fundamental yang solid, para emiten BUMN sektor perbankan mampu memberikan potensi valuasi di masa yang akan datang dengan terus mencatatkan kenaikan, baik secara market cap dan harga saham.
“Oleh sebab itu, semua akan kembali kepada sektor dan perusahaannya masing masing,” ungkapnya.
Baca Juga: Pergerakan IHSG Pada Senin (12/6) Akan Dipengaruhi Sentimen Eksternal
Menurut Nico, masing-masing perusahaan memiliki dan melakukan mitigasi risiko yang sudah diantisipasi sebelumnya.
Dengan demikian, kinerja keuangan para emiten BUMN tentu akan menjadi tanggung jawab masing-masing perusahaan.
Mitigasi yang dilakukan pun akan disesuaikan dengan sektor masing-masing dari perusahaan tersebut. Nico meyakini, setiap perusahaan BUMN akan memiliki manajemen risiko yang akan menjaga kinerja keuangan.
“Diversifikasi bisnis menjadi salah satu poin yang penting untuk dilakukan, sehingga tidak bergantung dengan bisnis utamanya agar dapat menjaga kinerja keuangan di masa mendatang,” tuturnya.
Nico melihat, kinerja emiten BUMN di sektor perbankan masih akan unggul di tahun 2023. Hal itu didorong dengan adanya stabilitas pemulihan ekonomi nasional, terjaganya aktivitas transaksi perbankan, dukungan daya beli dari dalam negeri, serta konsumsi kredit.
Meskipun pertumbuhan kredit melambat, namun bank-bank buku besar (big caps) memiliki segmented customer masing-masing yang bisa menjaga pertumbuhan kredit.
“Tidak hanya itu saja, penurunan biaya provisi juga menjadi salah satu hal yang penting dalam menjaga kinerja perbankan di tahun ini,” paparnya.
Selain perbankan, Nico juga melihat sektor basic industry dan infrastruktur masih bisa tumbuh di tahun ini.
Baca Juga: Simak Arah IHSG dan Rekomendasi Saham Pilihan Analis di Pekan FOMC The Fed
Untuk sektor perbankan, Nico merekomendasikan Buy kepada BMRI, BBRI, dan BBNI dengan target harga masing-masing Rp 6.600 dan Rp 6.000, dan 11.400 per saham.
Untuk sektor basic industry, Nico merekomendasikan Buy untuk ANTM dan SMGR dengan target harga Rp 2.650 dan Rp 8.500 per saham.
Di sektor infrastruktur, Nico merekomendasikan TLKM dan JSMR dengan target harga Rp 4.900 dan Rp 4.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News