kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.907.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.210   -6,00   -0,04%
  • IDX 6.864   -14,20   -0,21%
  • KOMPAS100 999   -3,10   -0,31%
  • LQ45 763   -2,26   -0,29%
  • ISSI 226   -0,55   -0,24%
  • IDX30 393   -1,27   -0,32%
  • IDXHIDIV20 454   -1,69   -0,37%
  • IDX80 112   -0,33   -0,30%
  • IDXV30 114   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 127   -0,65   -0,51%

Cek Rekomendasi Saham Batubara di Tengah Lesunya Kinerja Ekspor


Jumat, 04 Juli 2025 / 05:55 WIB
Cek Rekomendasi Saham Batubara di Tengah Lesunya Kinerja Ekspor
ILUSTRASI. Tambang PT Bukit Asam Tbk (PTBA)


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten produsen batubara kembali berada di bawah tekanan seiring lesunya ekspor batubara nasional sepanjang 2025 berjalan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batubara Indonesia mencapai US$ 10,26 miliar pada periode Januari–Mei 2025.

Angka ini turun 19,1% year on year (YoY) dibandingkan capaian periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 12,68 miliar.

Dari sisi volume, ekspor batubara nasional juga menyusut 4,65% YoY menjadi 156,37 juta ton dari sebelumnya 163,99 juta ton.

Baca Juga: DJP Siapkan Solusi Atasi Lonjakan Restitusi Pajak Batubara

Direktur Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, menilai penurunan kinerja ekspor ini tak lepas dari perlambatan permintaan dari dua pasar utama, yaitu China dan India.

“China juga sudah mulai menolak penggunaan Harga Batubara Acuan (HBA) sebagai referensi pembelian, dan beralih ke negara lain. Di sisi lain, impor batubara kalori rendah juga mulai dikurangi untuk mendukung penurunan emisi karbon,” jelas Daniel, Kamis (3/7).

Jika tren pelemahan ekspor terus berlanjut, emiten batubara diperkirakan akan merevisi proyeksi produksi maupun target penjualan mereka.

PTBA Akui Fluktuasi Pasar

Salah satu emiten pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), mengakui bahwa tren pasar batubara global tengah berfluktuasi, dan perusahaan turut merasakan dampaknya.

Hingga saat ini, PTBA belum merilis data penjualan semester I-2025. Namun, pada kuartal I-2025, ekspor batubara PTBA tumbuh 34% YoY menjadi 5,09 juta ton.

Baca Juga: Bahlil: Kementerian ESDM Buka Peluang Ubah RKAB Mineral dan Batubara Jadi Tahunan

Secara total, volume penjualan batubara perusahaan naik 7% YoY menjadi 10,28 juta ton.

“Mayoritas ekspor batubara PTBA selama ini ditujukan ke negara-negara Asia seperti India, Bangladesh, Vietnam, dan Asia Tenggara lainnya,” kata Corporate Secretary PTBA, Niko Chandra.

PTBA juga telah mengambil langkah diversifikasi, baik ke pasar domestik untuk memasok kebutuhan PLTU dalam negeri, maupun ekspor ke negara-negara baru yang dinilai potensial.

Outlook Masih Rentan, Diversifikasi Jadi Solusi

Daniel memperkirakan, tekanan terhadap kinerja emiten batubara masih berlanjut di semester II-2025.

Selain ekonomi global yang belum stabil, tren peralihan menuju energi terbarukan juga berpotensi menekan permintaan batubara lebih lanjut.

Baca Juga: Ekspor Batubara RI Periode Januari-Mei 2025 Turun, Apa Sebabnya?

Namun, peluang pemulihan tetap terbuka. Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai meredanya ketegangan perang dagang bisa menjadi katalis positif bagi pemulihan ekonomi global.

“Negosiasi dagang yang intensif, terutama antara negara-negara mitra dagang utama dan AS, bisa mendorong pemulihan permintaan batubara. Apalagi, menjelang musim dingin akhir tahun nanti, permintaan energi termasuk batubara diperkirakan meningkat,” tutur Nafan.

Nafan juga menyarankan emiten batubara mulai melakukan diversifikasi bisnis, seperti masuk ke pertambangan mineral (emas dan nikel), energi terbarukan, maupun hilirisasi melalui proyek gasifikasi batubara.

Meski begitu, proyek gasifikasi memerlukan teknologi tinggi dan biaya investasi yang besar.

Rekomendasi Saham

Di tengah tantangan yang ada, sejumlah saham batubara dinilai masih menarik untuk dikoleksi:

Baca Juga: Kementerian ESDM Buka Peluang Ubah RKAB Mineral dan Batubara Jadi Tahunan

AADI direkomendasikan akumulasi beli dengan target harga Rp 7.425–Rp 9.225. Daniel juga merekomendasikan target jangka panjang AADI di level Rp 8.000 per saham.

ITMG disarankan long term buy dengan target Rp 23.100–Rp 25.800 per saham.

UNTR juga direkomendasikan akumulasi beli di kisaran target Rp 21.750–Rp 24.000 per saham.

Selanjutnya: Ada 30.000 PHK Semester 1 2025, Simak Cara Ajukan JKP Untuk Tunjangan PHK 60% Gaji

Menarik Dibaca: Siapa Saja yang Bagikan Postingan Anda di Aplikasi Facebook ya? Coba Langkah Berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×