kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Cek Dulu! Ini 7 Kabar Paling Viral soal IPO GoTo


Selasa, 22 Maret 2022 / 14:38 WIB
Cek Dulu! Ini 7 Kabar Paling Viral soal IPO GoTo


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Sejak PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) merilis prospektus penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada Selasa (15/3/2022) pekan lalu, perbincangan di publik mengalir jauh. Mulai dari narasi semangat ikut serta, wait and see hingga antipati. Semua obrolan mengerucut kepada satu pertanyaan: seberapa menarikkah IPO GoTo untuk diikuti.

Apapun kesimpulannya, prospektus GoTo telah membawa diskursus publik ke level lebih tinggi. Publik makin kritis dengan data data yang disajikan calon emiten. Daya jelajah investor dalam membedah isi prospektus tidak hanya berhenti di valuasi IPO dan neraca laba rugi. Mereka juga mencermati data arus kas (cashflow), catatan utang piutang, daftar nama pemegang saham eksisting, hingga perubahan akta perusahaan. Hal ini tentu dinilai sangat positif sebagai bagian edukasi tentang risiko berinvestasi di saham IPO.

Berikut ini adalah 7 informasi terkait IPO GoTo yang paling sering dibahas warganet selama sepekan terakhir dirangkum redaksi. Beberapa di antaranya terkesan masih membingungkan karena terdapat informasi yang berbeda-beda, atau belum jelas. Ada juga interpretasi netizen yang dapat menimbulkan salah persepsi. Kami mencoba mendudukkan persoalannya biar Anda tidak salah melangkah. 

  1. Ikut fixed allotment, atau general pooling? Pilih Satu!

Ikut pemesanan via alokasi pasti (fixed allotment) atau pesan saham lewat penjatahan umum/terpusat (general pooling)? Pertanyaan ini juga ramai di grup WhatsApp dan media sosial. Seperti diketahui, GoTo memberikan jalur khusus bagi para pelanggan loyalnya, yakni pedagang (merchant) dan pengguna aplikasi ((konsumen). Untuk konsumen, jumlah alokasi tergantung pada tingkat loyalitas yang tercermin dari poin yang dikumpulkan dan status loyalty program.

Semakin tinggi statusnya, semakin besar peluang mendapatkan alokasi sahamnya. Di Gojek, pelanggan dengan status Anak Sultan mendapatkan jatah terbesar, sedangkan di Tokopedia alokasi terbanyak diberikan kepada para pemilik status Diamond.

Lalu, bagaimana dengan peringkat di bawahnya, seperti Anak Juragan di Gojek atau Platinum di Tokopedia? Mereka juga dapat alokasi pasti, tapi dengan proporsi lebih kecil. Nah, di sinilah masalahnya. Sebagian dari kelompok ini menganggap “alokasi pasti” terlampau kecil jumlahnya, alias kurang nendang. Mereka mencoba plan B dengan mengikuti general pooling agar dapat memesan saham dalam jumlah lebih besar. Jadi, memesan saham IPO lewat dua cara; jalur khusus dengan alokasi pasti dan jalur umum tanpa kepastian alokasi.

Calon investor harus memilih salah satu, alias tidak bisa dua duanya. Jika sudah memilih alokasi pasti, berarti tidak bisa ikut general pooling. Begitu pun sebaliknya. GoTo menjalankan prinsip ini demi pemerataan alokasi saham agar semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi.  

Apapun pilihannya, investor jangan sampai lupa tanggal akhir pemesanan, masa pembayaran dan periode distribusi saham.  

  1. GoTo Perpanjang Masa Bookbuilding

Sejatinya, Senin ini (21/3) adalah hari terakhir masa penawaran awal (bookbuilding), atau hari terakhir bagi calon investor untuk mengajukan pesanan. Tapi, GoTo memberikan pernyataan bahwa masa bookbuilding diperpanjang sampai Kamis (24/3) mendatang. Artinya, ada kesempatan 3 hari lagi.

Tapi, jangan keliru, perpanjangan masa bookbuilding ini diprioritaskan bagi calon investor yang memesan saham melalui Program Gotong Royong. Kebijakan ini dilakukan karena tingginya antusias pelanggan loyal GoTo yang membeli saham melalui fixed allotment (alokasi pasti) dari kelompok konsumen dan pedagang (merchant). 

Masalahnya, banyak calon investor Program Saham Gotong Royong yang baru merasakan pengalaman memesan saham IPO, lewat jalur khusus pula. Bahkan banyak juga yang belum memiliki rekening dana investasi (RDN). Karena ada beberapa proses yang mesti dilalui dan membutuhkan waktu lebih lama untuk menuntaskan pemesanan, maka GoTo berinisiatif memperpanjang masa penawaran awal.  

“Dalam empat hari pertama periode bookbuilding, kami melihat antusiasme tinggi dari para konsumen dan pedagang yang mendapatkan alokasi pasti melalui Program Saham Gotong Royong,” kata Corporate Secretary GoTo Koesoemohadiani, dalam siaran persnya.

“Perpanjangan waktu ini diharapkan dapat memberikan waktu yang lebih panjang bagi mereka, mengingat Program Saham Gotong Royong ini merupakan yang pertama kali di pasar modal Indonesia, sehingga dibutuhkan waktu untuk masyarakat, terutama para konsumen dan pedagang di ekosistem GoTo, untuk dapat lebih memahami mekanisme pemesanan saham, mempertimbangkan keputusan investasi dengan baik, serta dapat menyelesaikan seluruh proses penyampaian minat awal.“

Minat tinggi para calon investor dalam enam hari pertama periode penawaran awal, khususnya yang mengambil bagian melalui Program Saham Gotong Royong, terlihat dari laman undangan berinvestasi yang telah dibaca hingga 11 juta kali di aplikasi Gojek, Tokopedia dan GoBiz.

  1. IPO GoTo bukan Exit Strategy

Dugaan soal IPO sebagai exit strategy atau strategi jalan keluar oleh investor lama juga sangat viral. Tidak heran sih, mengapa isu ini bergulir deras. Salah satu pemicunya adalah trauma investor terhadap saham PT Bukalapak Tbk (BUKA). Harga saham BUKA terjun bebas dari harga IPO Rp 850 ke level di bawah Rp 300/saham, karena aksi jual massif pemegang saham eksisting. Bahkan investor BUKA sudah berjualan sejak hari pertama dan kedua IPO, an para investor eksisting BUKA akan tetap cuan meski menjual di harga berapa pun karena average price yang sangat rendah.

Tudingan IPO GoTo akan jadi pintu keluar pemegang saham eksisting ternyata tidak benar. Apalagi kalau dicurigai akan jualan sejak perdagangan hari pertama. Mengapa isu ini tidak benar?

Prospektus GoTo telah menyatakan bahwa para seluruh pemegang saham sebelum IPO akan dikunci atau lock up antara 8 bulan sampai dengan 2 tahun, bergantung pada klasifikasi saham yang dimilikinya. Dengan demikian, saham-saham sebelum IPO dilarang untuk dijual atau dipindahtangankan. Untuk pemegang saham dengan kategori Saham Hak Suara Multipel (SHSM) dikunci selama 2 tahun. Hal ini sesuai Peraturan OJK nomor 22/POJK.04/2021 tentang penerapan klasifikasi saham dengan hak suara multipel atau multiple voting shares (MVS) pada Desember 2021 lalu. Kondisinya berbeda dengan BUKA yang melantai sebelum beleid ini terbit. Jadi, menyamakan GoTo dengan BUKA dalam konteks exit strategy lewat IPO, adalah tidak tepat.

   

  1. Nominal saham Rp 1, Investor Lama Langsung Cuan?

Dalam IPO ini, GoTo menawarkan sebanyak banyaknya 52 miliar saham dengan perkiraan dana hasil IPO senilai maksimal Rp17,9 triliun. Adapun nominal saham Rp1 bisa dibilang paling menarik perhatian. Apalagi dengan narasi lanjutannya bahwa investor eksisting langsung cuan berkali kali lipat karena harga saham IPO ditawarkan di kisaran Rp316 - Rp346. Mengapa nominal saham Rp1?

Nominal saham Rp1 memang tidak lazim. Biasanya Rp100, Rp50, Rp20, Rp10 dan seterusnya. Dikemudian hari nominal saham Rp100 dan seterusnya itu bisa dipecah menjadi lebih kecil lagi lewat mekanisme stock split (pemecahan nilai nominal).

GoTo menetapkan nominal saham Rp1 karena besarnya skala perusahaan dan banyaknya pemegang saham eksisting. Ingat, GoTo adalah gabungan antara Gojek dan Tokopedia di mana masing masing perusahaan telah menjaring banyak pendanaan sejak berdiri. Ketika keduanya bersinergi menjadi GoTo, maka jumlah investor dan lembar kepemilikan sahamnya ikut melonjak.

Agar harga saham IPO terjangkau oleh investor ritel dan melibatkan partisipasi publik lebih luas, maka nominal saham perlu dibuat di angka serendah mungkin. Nominal saham Rp1 adalah pilihan paling masuk akal.   

Yang perlu digaris bawahi, nominal saham Rp1 tidak serta merta mencerminkan nilai buku perusahaan. Untuk mendapatkan nilai perusahaan atau book value (BV), investor bisa menghitung dengan menjumlahkan total ekuitas GoTo dibagi jumlah saham beredar atau dicatatkan.

Data prospektus menunjukkan total modal disetor, atau ekuitas, mencapai Rp179 triliun. Setelah dikurangi akumulasi rugi sejak perusahaan beroperasi senilai Rp65 triliun, maka ekuitas tercatat Rp130 triliun. Sementara itu, jumlah saham mencapai 1,19 triliun saham. Dengan kata lain, BV GoTo di angka Rp190 atau mencerminkan rasio PBV 3x terhadap harga saham.

Rumus yang sama juga bisa digunakan untuk menghitung average price atau harga rata rata pemegang saham eksisting GoTo sebelum IPO.   

Dari sudut pandang Investor eksisting, jangan lupa, mereka membenamkan dana investasi di GoTo juga tidak sebentar. Tokopedia berdiri pada Agustus 2009 dan Gojek pada Oktober 2010. Para investor eksisting mengambil risiko besar dengan menyuntikkan modal ke perusahaan ini sejak bayi dan merawatnya hingga bisa berlari. Selama kurun itu, mereka pun tidak merealisasikan capital gain atau menikmati dividen karena masih merugi. Jelas menunjukkan kepercayaan yang luar biasa dari begitu banyak investor kelas dunia.

Selain itu, bisnis Gojek dan Tokopedia terus bertumbuh dan berkembang, mulai dari skala garasi rumahan hingga menyandang status decacorn. Jika nilai investasi mereka terus meningkat, sejalan dengan kenaikan valuasi perusahaan, itu sebuah kewajaran.

  1. Tidak Pernah Untung Sejak Lahir, Lalu, Kapan Profitnya?

Saat GoTo menggelar public expose, publik dihebohkan dengan petikan isi prospektus yang intinya menyebutkan bahwa perusahaan tidak bisa menjamin akan profit dalam beberapa tahun ke depan. Tangkapan layar kalimat ini menggelinding kencang.

Kalimat tersebut adalah benar, tapi yang netizen lupa adalah konteksnya. Kalimat ini adalah bagian dari penjelasan terkait risiko yang dihadapi setiap calon emiten dan wajib disampaikan dalam prospektus. Yang namanya prospektus adalah penyampaian kondisi perusahaan terkini, bukan menyampaikan angka angka pasti di masa depan.

Kalimat yang sama juga akan muncul di prospektus emiten lain yang ingin melantai di bursa dengan kondisi keuangan masih rugi, baik yang tercatat di bursa lokal maupun global. Ini bahasa umum sebuah prospektus penawaran saham perdana. 

Lalu kapan profit? tidak ada yang bisa memastikan. Tapi publik bisa melihat tren perbaikan kinerja dari waktu ke waktu, baik bottom line (laba rugi), maupun top line (pendapatan, penjualan). Rumusnya sederhana, kalau perusahaan berhasil meningkatkan nilai transaksi, memperluas pasar, mempertahankan dominasi market share, dan di saat yang sama memperbaiki struktur biaya, maka perusahaan berada di jalur yang tepat menuju profitabilitas.

Sebagai catatan, nilai transaksi bruto (GTV) mencapai Rp414 triliun selama 12 bulan terakhir. Tingkat pertumbuhan tahunan GTV Q3 2020 dan 2021 mencapai 62%. Jumlah transaksi setahun terakhir mencapai 55 juta konsumen. Jumlah pesanan yang diproses sebanyak 2 miliar pesanan melalui 2,5 juta mitra driver dan lebih dari 14 juta merchant.

Sementara itu, tingkat margin kerugian EBITDA yang disesuaikan membaik sebesar 157 poin persentase antara 2018-9M2021. Adapun tingkat margin kerugian sebelum pajak penghasilan membaik sebesar 149 poin persentase antara 2018-9M2021.

Jadi, untuk sekarang GoTo memang rugi, tetapi kinerjanya terus menunjukkan ke arah perbaikan.

  1. Kalau beneran pede, kenapa pakai Skema Greenshoe?

Salah satu pelajaran dari IPO BUKA di Indonesia, dan Grab di Bursa Nasdaq AS, adalah pergerakan harga sahamnya yang terus meluncur turun. Pergerakan harga saham BUKA pasca-IPO mengundang hujatan bahwa emiten tidak bertanggung jawab.

Belajar dari dua situasi tersebut, GoTo menempuh tiga strategi. Pertama, menawarkan harga IPO yang realistis, jauh dari sikap bombastis. PBV rasio GoTo ada di kisaran 3x, jauh lebih rendah dibandingkan kompetitor sejenis. Kedua, menerapkan strategi greenshoe atau skema saham tambahan. Ketiga, ikut skema MVS dengan masa lock up saham yang ditentukan regulator.

Aturan greenshoe diatur dalam Peraturan Bapepam-LK No.XI.B.4 tentang Stabilisasi Harga Saham dalam Rangka Penawaran Umum Perdana (IPO). Aturan ini membatasi pembelian saham dalam rangka stabilisasi hanya bisa dilakukan maksimal 15% dari saham IPO dengan jangka waktu maksimal 30 hari.

Jadi, greenshoe tidak ada hubungannya dengan tingkat percaya diri. Greenshoe adalah serangkaian mitigasi yang mencerminkan komitmen perusahaan dalam menjaga stabilitas harga pascaIPO. Dengan skema ini, dana yang diperoleh GoTo dari penerbitan greenshoe ini akan diberikan kepada agen stabilisasi (PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia) untuk melakukan stabilisasi harga, dengan catatan apabila harga saham GOTO turun dalam 30 hari sejak saham pertama dicatatkan pada BEI.  

  1. Beli 1 Dapat 3

Publik juga memberi label beli 1 dapat 3 untuk hajatan IPO GoTo ini. Maksudnya, dengan mengeluarkan uang maksimal hanya Rp346 per  saham, atau minimal Rp316, investor sudah mendapatkan Gojek, Tokopedia, GoTo Financial (membawahi Gopay) dan seluruh ekosistem perusahaan. Dan patut digarisbawahi, Gojek, Tokopedia dan GoTo Financial merupakan pemain utama di tiap segmen bisnis.

Tagline beli 1 dapat 3 ini menggema di berbagai forum WA ataupun social media. Mengapa menjadi viral? salah satu alasannya karena publik teringat dengan harga IPO BUKA Rp850 tapi hanya mendapatkan bisnis e-commerce dengan positioning yang lemah di market. Sementara GoTo adalah startup kategori decacorn yang memiliki lini bisnis terlengkap di Indonesia dan memilliki ekosistem yang saling terintegrasi.

“Hanya di GoTo kita bisa menikmati beli 1 dapat 3,” ujar Komisaris GoTo sekaligus founder Tokopedia William Tanuwijaya, dalam public expose, Selasa pekan lalu (15/3).

Integrasi GoTo juga mencerminkan kekuatan perusahaan ini ke depan. GoTo akan menikmati efek jaringan (network effect) dalam bentuk perluasan pangsa pasar sekaligus efisiensi biaya berkat peningkatan skala bisnis. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×