Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga obligasi pemerintah kembali terkoreksi, kemarin. Indeks Inter Dealer MArket Association (IDMA) sebagai acuan harga obligasi pemerintah pada Selasa (15/11), ditutup turun 17 basis poin (bps) ke posisi 108,14, dari hari sebelumnya di 108,31, yang merupakan rekor tertinggi tahun ini.
Analis Trimegah Securities Imam MS menyebut, indeks IDMA akan terkoreksi karena desakan sentimen negatif global, yang diperlihatkan dari terus relinya Credit Default Swap (CDS) selama dua hari berturut-turut. "Selain itu, indeks IDMA terkoreksi karena profit taking setelah mencetak rekor harga tertinggi, untuk realisasi capital gain," katanya.
Sebagai catatan, saat indeks IDMA ditutup mencatat posisi tertinggi pada Senin (14/11), sebenarnya CDS tercatat terus dalam posisi naik. Oleh karena itu, kata Imam, wajar saja jika indeks IDMA mulai terkoreksi keesokan harinya. Hingga kemarin (15/11), CDS bertenor 10 tahun ditutup naik ke posisi 261,21, dari hari sebelumnya di 258,39.
Analis UOB Sekuritas Agus Salim bilang, kabar dari Italia tentang lelang obligasi pada 14 November lalu yang memberikan bunga kupon 6,29% menjadi sentimen negatif pasar. Pasalnya, kupon bunga tersebut merupakan yang tertinggi sejak 1997." Sentimen ini mendorong perilaku pasar lebih cenderung menyelamatkan asetnya ke safe haven, seperti US Treasury ataupun dollar AS," jelas Agus.
Namun Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Hasan Fawzi yakin, pasar obligasi domestik masih akan bullish. "Hal ini diperlihatkan dari spread (rentang) yield antara obligasi pemerintah bertenor 1 tahun dengan obligasi pemerintah bertenor 10 tahun, yang tidak banyak berubah selama dua pekan terakhir,"katanya, Selasa (15/11).
Menurut Hasan, stabilnya spread tersebut memperlihatkan prospek pasar yang masih optimistis terhadap kondisi pasar obligasi domestik untuk jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News