kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CDS Indonesia naik landai, dinilai karena pengaruh Covid-19


Minggu, 01 Agustus 2021 / 13:19 WIB
CDS Indonesia naik landai, dinilai karena pengaruh Covid-19
ILUSTRASI. CDS credit default swap risiko berinvestasi di Indonesia meningkat turun


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko investasi Indonesia yang tercermin di credit default swap (CDS) kembali naik ke level 80-an, setelah berada di angka 70-an di bulan Juni. Merujuk data worldgovernmentbonds.com, CDS Indonesia per 1 Agustus 2021, berada di angka 81,39.

Menurut Associate Director Head of Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, Ramdhan Ario Maruto kenaikan ini tidak lepas dari sentimen Covid-19, walaupun begitu menurutnya CDS yang naik masih terbilang landai.

Ini juga menurutnya menggambarkan bahwa risiko investasi tidak hanya terjadi di Indonesia, terutama dengan adanya kenaikan gelombang kedua Covid-19 di Indonesia dan negara lainnya.

Baca Juga: Likuiditas masih berlimpah, lelang SUN (3/8) diproyeksikan ramai peminat

“Kita belum selesai soal pandemi ini, dan ini ternyata cukup membuat pemerintah akhirnya harus memperhatikan masalah kesehatan, hal ini terjadi juga di negara lain,” kata Ramdhan kepada Kontan, Jumat (30/7).

Tekanan karena Covid-19 ini menurutnya terbilang wajar, karena kembali harus menjadi perhatian khusus, dengan kasus yang tinggi bahkan sempat terus mencapai rekor terbaru. Selain itu, adanya krisis dari kurangnya kamar perawatan dan pasokan oksigen yang habis juga turut membantu tekanan.

Akan tetapi, Ramdhan melihat likuiditas di sektor perbankan masih cukup baik hingga saat ini, sehingga membuat pasar Indonesia masih stabil, dan CDS Indonesia yang naik masih landai, tidak drastis.

Ke depannya, ia melihat isu Covid-19 yang masih mempengaruhi. Sementara itu, isu tapering yang mulai mereda dan pasar sudah mulai melupakan, belum akan mempengaruhi. Ia melihat makro ekonomi Indonesia masih stabil, tetapi saat ini Indonesia masih membutuhkan biaya pemulihan yang cukup tinggi.

Baca Juga: Ekonomi AS kembali diragukan, harga emas diramal bisa tembus US$ 2.000 per ons troi

“Terbukti pasar kita menguat karena likuiditas naik, baik itu di primary atau secondary market, baik itu SBN ataupun SBSN saat ini cukup tinggi peminatnya,” ujar Ramdhan.

Investor asing saat ini menurutnya masih hati-hati untuk masuk ke pasar Indonesia, sehingga menurutnya masih perlu adanya pembuktian bahwa pasar Indonesia yang stabil dan kuat.

“Cuma harus kita buktikan pasar domestik kita yang kuat, pasar kita tetap stabil dan kuat, ada kemungkinan asing lebih banyak masuk di kita, karena kita punya pasar yang likuid, dan itu menjadi daya tarik investor asing.

Selanjutnya: Pemerintah gelar lelang SUN dengan target indikatif Rp 33 triliun pada Selasa (3/8)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×