kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Catat Rekomendasi Saham yang Berpotensi Cuan Tahun Ini


Senin, 24 Januari 2022 / 07:20 WIB
Catat Rekomendasi Saham yang Berpotensi Cuan Tahun Ini


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengetatan moneter berupa pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga akan menjadi topik utama pasar keuangan tahun ini.

Direktur Utama Maybank Sekuritas Willianto Ie mengatakan, dengan kecenderungan Federal Reserve dan bank sentral di dunia menaikkan suku bunga disertai dengan pengetatan moneter (penjualan obligasi dan penarikan likuiditas pasar), akan terjadi pergeseran dari long term fixed income ke ekuitas atau saham. Pelaku pasar akan kembali mencari peluang ke emerging markets yang memiliki pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan AS.

“Bisa juga melakukan shiting ke aset kelas yang lain, seperti komoditas dan properti yang akan booming. Sebab, daya beli yang tumbuh dan mobilitas yang mulai normal menyebabkan harga properti akan naik banyak,” terang Willianto.

Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana menilai, peningkatan suku bunga oleh The Fed menjadi sentimen negatif untuk pasar, karena investor cenderung memilih dolar AS sebagai instrumen investasi. Raditya merekomendasikan porsi ideal portofolio saat ini yakni sebesar 40% untuk stock (saham) dan 60% untuk cash. Bisa juga dianggarkan dari 60% cash untuk masuk ke beberapa safe haven assets untuk tujuan lindung nilai.

“Besaran porsi portofolio ini tentunya harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor,” Raditya kepada Kontan.co.id, Minggu (23/1).

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Jelang Rapat The Fed

Saham Pilihan

Maybank Sekuritas  memasang sikap overweight di ekuitas, logam mulia, properti, dan short term obligasi. Di ekuitas, investor bisa mencermati saham-saham keping biru (blue chips) dengan fundamental yang bagus. Sebab, bisnis mereka akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi.

Dus, ada sejumlah saham yang bisa dicermati investor pada tahun ini. Pertama, saham-saham yang diuntungkan dari pembukaan kembali (reopening) ekonomi, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Mira Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR).

Kedua, saham dengan sifat pengembalian nilai (asset reflation), yakni saham-saham di sektor properti seperti PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Ketiga, saham-saham yang bersifat siklikal, yakni berupa saham komoditas seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Plantation Tbk (LSIP), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Baca Juga: Ledakan Kasus Omicron Mengintai, Begini Efeknya ke Bursa Saham

Raditya menjabarkan sejumlah sektor dan saham yang bisa dicermati pada tahun ini. Pertama, sektor konstruksi  yang didukung dengan katalis proyek Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Indonesia menaikkan alokasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) menjadi Rp 455,62 triliun tahun ini dari yang direncanakan sebelumnya sebesar Rp 414 triliun. Sebanyak Rp 178,3 triliun dari total Rp 455,62 triliun tersebut dialokasikan untuk kluster penguatan pemulihan ekonomi.

Nah, pada kluster penguatan pemulihan ekonomi dimungkinkan terselip program pembangunan Nusantara, yang merupakan ibu kota Negara yang baru. Katalis ini mendasari Raditya untuk melirik sektor konstruksi.  Ditambah, harga saham emiten BUMN karya yang masih mengalami koreksi menjadi peluang bagi investor untuk mengail cuan.

”Waktu yang tepat untuk entry (masuk) menurut kami adalah buy on weakness,” terang Raditya. Emiten pilihan di sektor ini adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT PP Tbk (PTPP).

Kedua, sama seperti Willianto, Raditya juga menjagokan sektor properti. Katalis positif masih datang dari pembangunan Ibu Kota Negara, yakni berkaitan dengan pemindahan sekitar 500.000 aparatur sipil Negara ke IKN.

Hal ini membuat permintaan perumahan meningkat dan menjadi katalis positif bagi sektor properti. Emiten pilihan untuk sektor ini adalah CTRA dan BSDE. CTRA memiliki lahan seluas 870 hektare di Kalimantan Timur. Sementara BSDE tercatat memiliki cadangan lahan sekitar 515 hektare.

Baca Juga: Ramai Sentimen, Begini Proyeksi IHSG Hingga akhir 2022

Raditya memilih strategi buy on weakness karena investor masih cenderung wait and see seiring adanya sentimen omicron. Selain sektor properti, emiten semen seperti SMGR dan INTP juga akan terdampak katalis positif dari meningkatnya permintaan perumahan.

Ketiga, saham sektor industri yang diuntungkan dengan  perpanjangan insentif  pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) ditanggung pemerintah hingga kuartal pertama 2022. Kebijakan ini diyakini akan menaikkan utilitas produksi industri komponen otomotif lokal dan menjadi katalis positif bagi ASII dan PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA).

Selain itu, kenaikan kasus omicron dan vaksinasi booster menjadi sentimen positif untuk emiten di sektor kesehatan. PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) yang merupakan penyedia jarum suntik menjadi salah satu emiten yang diuntungkan. Sentimen vaksin booster juga berdampak positif terhadap sejumlah emiten farmasi seperti  PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT Indofarma Tbk (INAF).

“Ketiga emiten ini turut menyediakan vaksin booster. Emiten-emiten rumah sakit juga terimbas dampak positif dari sentimen ini,” pungkas Raditya. 

Baca Juga: LQ45 Kalah Tipis dari IDX30, Berikut Saham-Saham yang Jadi Pemberat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×