kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ledakan Kasus Omicron Mengintai, Begini Efeknya ke Bursa Saham


Minggu, 23 Januari 2022 / 16:57 WIB
Ledakan Kasus Omicron Mengintai, Begini Efeknya ke Bursa Saham
ILUSTRASI. Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelombang ketiga Covid-19 kembali mengintai di tengah penyebaran varian omicron yang semakin agresif. Terdapat 3.205 kasus baru Covid-19 pada Sabtu (22/1) lalu. Selain itu, sudah ada dua kasus meninggal dunia karena terjangkit varian omicron.

Lonjakan kasus Covid-19 ini ditaksir bakal memberikan dampak bagi pergerakan bursa saham. 

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menilai kembali menanjaknya kasus Covid-19 bisa terasa pada koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hal itu terjadi jika ada peningkatan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM yang kembali diperketat. Sebab, pendapatan sejumlah emiten bisa tertekan lantara pengetatan PPKM. 

"Seberapa signifikan tergantung sejauh mana pembatasan kegiatan diberlakukan," kata Cheryl saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (23/1).

Sebagai informasi, IHSG ditutup menguat 99,50 poin atau 1,50% ke level 6.726 pada perdagangan Jumat (21/1). IHSG sebelumnya ditutup pada zona merah secara beruntun di tiga hari pertama pekan lalu.

Cheryl melihat penyebaran varian omicron dan lonjakan covid-19 yang kembali melebihi 1.000 kasus per hari turut menjadi penyebab memerahnya IHSG pada awal pekan lalu. Kondisi ini tak lepas dari kekhawatiran pelaku pasar yang ingin mencermati perkembangan kasus Covid-19.

Baca Juga: Ramai Sentimen, Begini Proyeksi IHSG Hingga akhir 2022

Tetapi, pada akhir pekan keyakinan investor terhadap penanganan covid-19 kembali tinggi. Apalagi saat itu belum ada laporan korban jiwa lantaran omicron. Alhasil, IHSG kembali ke zona hijau di penghujung pekan lalu.

"Juga investor asing berbondong-bondong masuk hingga mencatatkan net buy Rp 1,23 triliun dalam sepekan terakhir. Koreksi di awal pekan karena khawatir omicron. Namun penanganan masih oke, jadi investor kembali optimis," sebut Cheryl.

Kasus baru Covid-19 yang terus menanjak, serta adanya laporan kematian karena omicron berpotensi menjadi sentimen negatif pada perdagangan pekan ini. 

"Jadi untuk Senin sebaiknya cermati dulu pengumuman dari pemerintah terkait PPKM," ujar Cheryl.

Sementara itu, Analis Phillips Sekuritas, Helen mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga faktor yang bakal mempengaruhi pergerakan IHSG pekan ini. 

Pertama, pergerakan harga komoditas tambang seperti batubara dan nikel. 

Kedua, hasil pertemuan Federal Open Market Committe (FOMC). Ketiga, perkembangan kasus covid-19 terutama varian omicron di Indonesia. 

"Perkembangan varian omicron juga menjadi fokus karena ini dapat berdampak terhadap kebijakan PPKM yang diambil pemerintah," kata Helen.

Dengan kenaikan IHSG yang cukup signifikan pada Jumat (21/1) lalu, Helen mengingatkan pelaku pasar untuk mewaspadai aksi profit taking. Dia pun memperkirakan IHSG pekan ini akan dibuka di rentang 6.645-6.765 pada perdagangan Senin (24/1).

Dalam kondisi ledakan kasus covid-19 yang sedang mengintai ini, Helen menaksir emiten yang bergerak di sektor ritel menjadi yang berpotensi paling terdampak. Sebaliknya, saham-saham emiten di bidang usaha telekomunikasi menjadi menarik untuk dikoleksi.

"Karena dengan kenaikan kasus dan potensi pengetatan mobilitas, maka ritel bisa terpengaruh," imbuh Helen.

Sedangkan menurut Cheryl, IHSG pada pekan ini berpotensi bergerak resistance di level 6.720-6.750 dan support pada 6.600. 

Jika kasus covid terus meningkat dan adanya pembatasan aktivitas masyarakat, consumer non-primer dan properti akan menjadi sektor yang ikut terpukul. 

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Melanjutkan Penguatan di Awal Pekan

Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga membenarkan, emiten-emiten sektor ritel dan segmen komersial di bisnis properti akan terpapar dampak negatif dari lonjakan kasus covid-19 dan pengetatan PPKM.

Kendati begitu, Herditya melihat apabila penanganan dari pemerintah dan antisipasi dari masyarakat menunjukkan respon yang baik, maka potensi gelombang ketiga covid-19 ini tidak akan berdampak signifikan bagi bursa saham.

Penanganan saat ini diyakini bisa semakin baik lantaran pemerintah dan masyarakat sudah lebih siap, belajar dari gelombang Covid-19 selama 2020-2021 lalu. Begitu juga dengan pelaku pasar. 

"Kalau penanganan dan antisipasi lebih baik, tampaknya pengaruhnya lebih kecil dibandingkan kasus-kasus sebelumnya," sambung Herditya.

Untuk IHSG selama sepekan ke depan, Herditya melihat masih berpeluang untuk menguat dengan rentang 6.600-6.755. 

"Ada baiknya para investor tetap mencermati perkembangan selanjutnya, baik dari omicron maupun ekonomi," tegasnya.

Di tengah kondisi ini, Herditya menjagokan saham-saham sektor keuangan dan kesehatan yang menarik untuk dikoleksi. Saham-saham yang secara teknikal cukup baik, seperti BBNI dengan target harga Rp 7.350, AGRO dengan target harga Rp 1.550, KAEF di harga Rp 2.300, dan IRRA di harga Rp 2.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×