Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
Pada April 2019 lalu aliansi swasta the American Kitchen Cabinet Alliance (AKCA) sudah mengisi petisi terhadap kompetitornya yakni China untuk meminta investigasi atas unfair trade yang bisa menyebabkan penerapan dua kebijakan tersebut lebih tinggi lagi. Salah satu produk yang kena kebijakan ini adalah plywood.
Akhirnya banyak costumer AS jadi membeli produk di luar China termasuk Indonesia. WOOD memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas pangsa pasarnya karena China sudah kurang kompetitif akibat dari tarif dan potensi penerapan kebijakan tersebut.
Baca Juga: ISAT Bentangkan Cakupan Jaringan 4G Hingga 90%
Adanya kebijakan ini, ekspor furniture WOOD ke Amerika Serikat per tahun bisa mencapai US$ 25 miliar per tahun.
Strategi agar proyeksinya tepat sasaran adalah menambah produksi untuk produk furniture dan bangunan seperti mebel rotan dan kayu lapis.
Produk rotan disiapkan menjadi 30 kontainer per bulan atau 4.950 kubik per tahun. Adapun untuk kayu lapis atau plywood menjadi 100 kontainer per bulan atau 42.000 meter kubik per tahun.
Selain itu WOOD juga menawarkan produk baru yakni millwork, wooden blind, dan metal furniture. Millwork merupakan salah satu produk unggulan yang akan diekspor ke AS.
Baca Juga: Pendapatan Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) Disokong Kasus Demam Berdarah
Wendy menjelaskan produk millwork ini akan menjadi salah satu kontributor pertumbuhan pendapatan utama WOOD sebesar 12% dari target di atas 20%. Disusul dengan produk blind wood yang akan berkontribusi 5%, kemudian mebel logam berkontribusi 3%.
Lalu mebel kayu rotan sebesar 4% dan kayu lapis kontribusi sebanyak 8% dari total pendapatan 2019.
Tahun ini WOOD juga telah memasang target margin laba bersih berada di kisaran 10% hingga 12% masih sama dengan tahun 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News