Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencarian dana segar di pasar saham masih semarak di tengah kondisi pandemi. Kontan.co.id mencatat, setidaknya ada 23 emiten yang akan melepaskan saham baru, baik dengan mekanisme rights issue maupun private placement.
Sebut saja PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang akan rights issue sebanyak 24 miliar saham. Sebelumnya, Direktur dan Investor Relations BRMS Herwin Hidayat menjelaskan, aksi korporasi ini dilakukan demi untuk mendanai pengembangan bisnis BRMS, diantaranya untuk pembangunan atas tambahan pabrik pengolahan dengan kapasitas produksi 4.000 ton bijih emas per hari.
Pabrik ini diperlukan untuk mengolah bijih emas dari penambangan di prospek lokasi Hill Reef di Palu. BRMS juga akan menggunakan dana hasil rights issue untuk pembangunan fasilitas pendukung dan pembelian peralatan penambangan.
Ada juga PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) yang berencana menerbitkan 1,13 miliar saham baru. Emiten yang bergerak di bidang transportasi ini akan menggunakan dana segar hasil rights issue salah satunya untuk keperluan pengembangan usaha baru, yakni Anteraja.
Baca Juga: Bank Mandiri (BMRI) Akan Menguasai BRI Syariah (BRIS), Publik Terdilusi Jadi 4,4%
Emiten pengelola rumah sakit OMNI, yakni PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) itu bermaksud menerbitkan sebanyak-banyaknya 10,3 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 20 per saham. SAME akan menggunakan dana yang dihimpun lewat rights issue untuk ekspansi dan investasi usaha.
Selain itu, emiten yang bergerak di sektor keuangan juga turut meramaikan pencarian dana lewat rights issue, mulai dari PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA), hingga PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR).
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, saat ini aksi rights issue yang dilakukan emiten tersebut tidak begitu menarik dari sisi investor. Sebab, saat ini hal yang dicari oleh investor adalah keuntungan (gain).
Sedangkan apabila emiten hanya memberikan saham saja tanpa pemanis berupa waran, Okie menilai aksi korporasi tersebut kurang menarik untuk saat ini. “Terlebih untuk investor jangka panjang dan menengah, potensi dari recovery tersebut membutuhkan waktu, sehingga untuk jangka pendek tentu kinerja emiten belum dapat maksimal,” ujar Okie kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Refinancing utang anak usaha, Surya Esa (ESSA) private placement 1,43 miliar saham
Namun, dari sisi emiten, rencana pencarian dana dengan rights issue tentu dapat menekan biaya. Dus, rights issue menjadi opsi yang paling baik saat ini di tengah tekanan bisnis yang terjadi sepanjang semester pertama.
Sukarno Alatas, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia mengatakan, rights issue yang dilakukan ASSA, SAME dan JSKY cukup menarik untuk dieksekusi. Hanya saja, dengan menimbang prospek bisnis saat ini, Sukarno mengatakan aksi korporasi ASSA adalah yang paling menarik dari sejumlah emiten tersebut. “Bisnis kurir ini menarik untuk saat ini, seiring tren pertumbuhan e-commerce,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (20/10).
Kontan.co.id mencatat, bisnis ASSA di bidang pengantaran memang tumbuh. Sebelum pandemi, Anteraja mencatat rata-rata pengiriman sebanyak 100.000 paket per hari, saat dan setelah pandemi naik menjadi 150.000 sampai 200.000 paket per hari. Sampai dengan Agustus 2020, rata-rata pengiriman tercatat di angka 200.000 paket per hari.
Yang pasti, Sukarno menilai, jika rights issue dengan tujuan untuk ekspansi, akan menjadi lebih atraktif untuk dieksekusi karena ke depannya hasil dari ekspansi tersebut dapat meningkatkan kinerja emiten yang bersangkutan. Sebaliknya, jika dana hasil rights issue digunakan untuk membayar utang, aksi korporasi ini dinilai kurang menarik. Namun, secara keseluruhan, Sukarno menilai kedua tujuan penggunaan dana ini sama-sama akan berdampak positif bagi emiten.
Baca Juga: Dua emiten rumah sakit, HEAL dan SAME cari dana segar di bursa, bagaimana prospeknya?
Jika dana hasil rights issue digunakan untuk membayar utang, toh tujuannya juga untuk memperbaiki kinerja agar tidak turun lebih dalam akibat biaya yang ditimbulkan dari utang tersebut.
Senada, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, sebelum menebus haknya, investor perlu mencermati tujuan rights issue tersebut. “Biasanya, yang dipandang negatif adalah yang tujuannya untuk melunasi utang. Kalau kegunaannya untuk ekspansi itu malah bagus untuk jangka panjang,” terang William, Kamis (22/10).
William juga menilai, saat ini pencarian dana dengan mekanisme rights issue dinilai lebih baik dibandingkan dengan menerbitkan surat utang (obligasi) yang akan menambah beban bunga bagi emiten. Dari saham-saham yang akan menggelar rights issue, William menilai SAME dan ASSA paling menarik untuk ditebus.
Baca Juga: Saham publik Garuda Indonesia (GIAA) turun jadi 5,3% setelah pemerintah konversi OWK
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News