kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Capaian kontrak baru Waskita Karya rendah, ini penyebabnya


Kamis, 22 November 2018 / 21:06 WIB
Capaian kontrak baru Waskita Karya rendah, ini penyebabnya
ILUSTRASI. JALAN TOL BREBES-TEGAL-PEMALANG


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya (Persero) Tbk boleh saja mencatatkan kinerja keuangan yang positif sepanjang tahun ini. Namun, capaian nilai kontrak baru yang tergolong rendah berpotensi mendatangkan masalah bagi emiten berkode WSKT tersebut di masa mendatang.

Seperti yang diketahui, hingga kuartal III-2018, WSKT memperoleh kontrak baru sebesar Rp 11,7 triliun. Angka tersebut turun 74% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Capaian tersebut juga masih jauh dari target kontrak baru yang dicanangkan oleh manajemen WSKT sebesar Rp 50 triliun di tahun ini.

Research Analyst MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan menyampaikan, selama ini mayoritas kontrak yang diperoleh WSKT berasal dari proyek strategi nasional dan bersifat turnkey. Seiring berjalannya waktu, beberapa proyek yang dikerjakan emiten plat merah ini mengalami penundaan pembayaran.

Salah satunya adalah proyek tol Batang-Semarang dan Semarang-Solo. Pembayaran proyek tersebut tertunda hingga kuartal II-2019. Padahal, dua proyek tersebut seharusnya selesai pada kuartal IV-2018.

Alhasil, WSKT terpaksa menambah pendanaan kembali sehingga debt to equity ratio (DER) yang dimiliki perusahaan meningkat jadi 2,3 kali di kuartal III. Ini yang membuat WSKT kesulitan mengambil proyek-proyek yang memerlukan modal besar, sehingga ujung-ujungnya mempengaruhi nilai kontrak baru emiten tersebut.

Analis Indo Premier Sekuritas Joey Faustian menambahkan, penurunan nilai kontrak baru WSKT juga disebabkan oleh tertundanya beberapa tender proyek yang diikuti oleh perusahaan.

Selain itu, maraknya kecelakaan kerja di proyek-proyek infrastruktur beberapa bulan lalu juga memberi efek tidak langsung terhadap penurunan nilai kontrak WSKT. “Akibat insiden di masa lalu, sejumlah pemilik proyek cenderung ragu memberikan proyeknya ke WSKT,” imbuh Joey, Kamis (22/11).

Untungnya, total kontrak yang dimiliki WSKT secara keseluruhan atau order book tergolong besar, yakni Rp 102 triliun per kuartal III-2018. Hal itulah yang mampu membuat kinerja keuangan WSKT tetap terjaga.

Sebagaimana diketahui, pendapatan WSKT tumbuh 27% di kuartal III-2018 menjadi Rp 36,23 triliun sedangkan laba bersihnya naik 45% menjadi Rp 3,72 triliun.

Terlepas dari itu, para analis masih merekomendasikan beli saham WSKT. Bedanya, Joey memasang target Rp 2.300 per saham sedangkan Rudy memasang target Rp 2.110 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×