kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cadangan banyak, Bumi Resources (BUMI) belum berencana akuisisi tambang


Kamis, 21 November 2019 / 17:16 WIB
Cadangan banyak, Bumi Resources (BUMI) belum berencana akuisisi tambang
ILUSTRASI. Suasana di lokasi tambang pit Bendili tambang Bintang, Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur, (27/4). BUMI menargetkan produksi KPC dan Arutmin bisa lebih besar 5% dari perkiraan yakni sebesar 87 juta ton ton menjadi 90 juta ton pada akhir 2019.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) belum memiliki rencana untuk mengakuisisi tambang batubara dalam waktu dekat ini. Sebab, manajamen emiten penghuni Indeks Kompas100 ini masih memiliki cadangan batubara yang cukup banyak.

"BUMI telah memiliki hampir 3 miliar metrik ton cadangan batubara di tiga aset tambangnya. Tidak ada rencana untuk akuisisi tambang batubara lagi,"  ujar Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava kepada Kontan.co.id, Kamis (21/11).

Tiga aset tambang yang dimaksud Dileep adalah KPC, Arutmin, dan Pendopo. Dileep menambahkan, aset KPC dan Arutmin sudah memproduksi batubara dari sekitar 10 tambang dan sedang memulai kembali untuk produksi batubara high calorie value atawa berkalori tinggi di Arutmin. Selain itu, BUMI juga sedang menjajaki tambahan pasokan batubara kalori rendah dari aset Pendopo ke pembangkit listrik terdekat.

Baca Juga: BRMS jadi saham paling prospektif di Grup Bakrie

Selain itu, produksi di KPC dan Arutmin diharapkan bisa lebih besar 5% dari perkiraan yakni sebesar 87 juta ton menjadi 90 juta ton pada akhir 2019. BUMI juga masih menunggu keputusan pemerintah untuk mengubah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Selain fokus pada lini bisnis tambang batubara, BUMI juga mendiversifikasi usaha, salah satunya melalui tambang mineral dan logam. Melalui PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), BUMI berharap berkah dari percobaan produksi emas di PT Citra Palu Minerals yang dimulai awal tahun 2020 serta produksi seng dari proyek Dairi yang bermitra dengan China Non Ferrous Metals (CNFC) dalam 2 tahun.

Baca Juga: Pendapatan Bumi Resources Minerals (BRMS) akan ditopang penjualan emas mulai 2020

Melalui Citra Palu Minerals, BRMS memiliki hak konsesi pertambangan emas seluas 85.180 hektare yang tersebar di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Citra Palu Minerals memiliki enam blok pertambangan dengan cadangan sumber daya bijih sebesar 7,9 juta ton dengan valuasi nilai kotor (gross value) senilai US$ 1,47 miliar.

Salah satu proyek yang akan beroperasi dalam waktu dekat adalah tambang emas Poboya yang memiliki cadangan bijih sebesar 3,9 juta ton dengan usia tambang 8 tahun. "BRMS sekarang lebih menguntungkan dengan prospek yang cerah," lanjut Dileep. BUMI memiliki 36% saham BRMS.

Sejalan dengan itu, BUMI saat ini sedang melakukan studi kelayakan mengenai proyek gasifikasi batubara. Dileep mengatakan, hal ini sejalan dengan prioritas nasional untuk menggunakan lebih banyak batubara guna menggantikan impor minyak yang cukup mahal.

Terkait harga komoditas batubara, Dileep mengatakan saat ini harga batubara masih rentan terdampak konflik perdagangan AS dengan China yang masih berkelanjutan.

Baca Juga: Kinerja Bumi Resources Tertekan, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham BUMI

Dia berharap pasar-pasar utama batubara seperti Vietnam, China, Filipina, India, hingga Indonesia masih terus bertumbuh. Sementara itu, musim dingin yang terjadi di beberapa negara subtropis diharapkan dapat mengangkat harga komoditas energi ini.

"Jadi perkiraan kami batubara ada di kisaran  US$ 75-US$ 85 per ton pada akhir 2020 adalah masuk akal. Jika musim dingin terjadi dengan parah, level ini bisa dicapai lebih awal," ungkapnya.

Baca Juga: Volume Penjualan Naik, Pendapatan dan Laba Bersih Bumi Resources (BUMI) Anjlok

Sementara itu, Dileep memperkirakan BUMI telah menghabiskan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sebesar US$ 35 juta-US$ 40 juta yang kebanyakan digunakan untuk kegiatan eksplorasi. Adapun tahun ini BUMI menganggarkan capex sebesar US$ 50 juta-US$ 60 juta.

Dileep memprediksi, capex BUMI pada tahun depan mencapai US$ 50 juta-US$ 60 juta atau dengan estimasi US$ 0,5- US$ 0,6 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×