kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.769   -9,00   -0,06%
  • IDX 7.470   -9,22   -0,12%
  • KOMPAS100 1.154   0,14   0,01%
  • LQ45 915   1,41   0,15%
  • ISSI 226   -0,75   -0,33%
  • IDX30 472   1,48   0,31%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,97   0,69%
  • IDXQ30 158   0,51   0,33%

Bursa Saham Mengabaikan Kekhawatiran Inflasi, Yen Melemah Terhadap Dolar


Kamis, 29 Juni 2023 / 16:37 WIB
Bursa Saham Mengabaikan Kekhawatiran Inflasi, Yen Melemah Terhadap Dolar
ILUSTRASI. Pasar saham global dan nilai tukar dolar AS sedikit naik sementara harga emas berada di level terendah selama tiga bulan.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham global dan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) sedikit naik sementara harga emas berada di level terendah selama tiga bulan pada hari Kamis (29/6). Perhatian para trader terus bergeser antara perang melawan inflasi dan spekulasi tentang intervensi pasar valuta asing di China dan Jepang.

Indeks regional STOXX 600 Eropa hampir tidak bergerak dalam perdagangan awal setelah pada hari sebelumnya mengalami kenaikan terbesar dalam hampir sebulan. Sementara pasar berjangka menunjukkan awal yang sedikit lebih tinggi di Wall Street untuk perdagangan yang dimulai nanti malam.

Swedia telah memulai hari ini dengan menaikkan suku bunga lagi. Sementara salah satu perusahaan terbesar di negara itu dan salah satu peritel fashion terbesar di Eropa, H&M, melihat sahamnya mencapai level tertinggi dalam 16 bulan merilis kinerja keuangan yang melebihi perkiraan.

Spanyol melaporkan tingkat inflasi tahunan sebesar 1,9% pada bulan Juni. Ini adalah laju inflasi terendah sejak Maret 2021. Jerman juga akan segera mengumumkan angka inflasi. Sementara para bankir sentral terkemuka di dunia meninggalkan pertemuan yang diadakan oleh ECB di dekat Lisbon.

Baca Juga: Terlalu Banyak Hari Libur, Cuan Trading dan Investasi Saham Bisa Kabur

"Kita memasuki fase yang sensitif bagi kebijakan moneter. Jika inflasi tetap tinggi, suku bunga perlu dinaikkan. Tetapi jika bank sentral terlalu ketat, pertumbuhan akan melambat dengan tajam," kata Kepala Ekonom Global S&P Paul Gruenwald kepada Reuters. S&P memprediksi adanya peningkatan tingkat gagal bayar di banyak bagian dunia.

Di Asia, MSCI indeks saham Asia-Pasifik ex-Jepang mengalami penurunan sebesar 0,5% dengan adanya hari libur di Singapura, India, dan Malaysia yang membuat perdagangan lebih tipis.

Saham-saham blue chip China turun 0,3% dan indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1,3%. Namun, indeks Nikkei Jepang menguat 0,1%.

Sebagian besar perhatian pasar keuangan tetap berfokus pada dua mata uang terbesar di kawasan ini, yaitu yen Jepang dan yuan China. Kedua mata uang mengalami tekanan yang intens dalam beberapa minggu terakhir.

Yuan melemah menjadi 7,2491 per dolar AS, hanya sedikit di atas level terendah delapan bulan yang dicapai sehari sebelumnya. Hal itu terjadi meskipun suku bunga resmi yang lebih kuat dari People's Bank of China (PBOC), yang investor artikan sebagai upaya Beijing untuk menstabilkan yuan.

Baca Juga: Jelang Libur Panjang Nilai Transaksi IHSG di Bawah Rp 10 Triliun

Sementara itu, yen Jepang mencapai level terendah lebih dari tujuh bulan terhadap dolar AS. Peningkatan dolar sebesar lebih dari 11% terhadap yen sejak akhir Maret telah membuatnya mencapai 144,71 yen dan memicu peringatan yang lebih serius dari pejabat pemerintah Jepang mengenai kecepatan pergerakan tersebut.

Bank of Japan (BOJ) melakukan intervensi di pasar valuta asing pada musim gugur tahun lalu ketika dolar menguat melebihi 145 yen. Saat ini, dolar berada di level 144,24 yen dalam perdagangan di Eropa.

"Strategi intervensi verbal ini konsisten dengan kemungkinan intervensi yang akan terjadi segera. Jika dolar mencapai lebih dari 145 yen, kemungkinan besar kita akan melihat intervensi mereka lagi," kata Kepala Pasar Global ING, Chris Turner.

Namun, Shane Oliver, kepala ekonom di AMP di Sydney, mengatakan bahwa China mungkin tidak keberatan jika nilai tukar mata uangnya turun sedikit. Pelemahan yuan akan membantu mendukung sektor ekspor besar-besaran mereka.

"Tetapi mereka mungkin tidak ingin nilai tukar mata uang jatuh terlalu cepat karena itu akan terlihat seperti panik," tambah Oliver.

Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.661 Hari Ini (27/6), BMRI, BBRI, ICBP Paling Banyak Net Buy Asing

Malam sebelumnya, pasar saham AS berakhir mendatar. Nasdaq yang sedang naik daun berhasil mencatatkan kenaikan kecil disokong Apple yang menguat ke level tertinggi baru.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa suku bunga AS kemungkinan akan naik lebih lanjut dan tidak menyingkirkan kemungkinan kenaikan pada bulan Juli. Kenaikan bisa terjadi terutama jika ia tidak melihat inflasi akan turun ke target 2% hingga tahun 2025.

Produk futures menunjukkan sekitar 80% kemungkinan Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Juli, sebelum mempertahankan suku bunga tetap hingga akhir tahun.

Di sisi lain, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde semakin memperkuat ekspektasi untuk kenaikan suku bunga kesembilan berturut-turut di Zona Euro pada bulan Juli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×