Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham China terkoreksi pada perdagangan Senin (27/1), hari terakhir sebelum libur Tahun Baru Imlek.
Akibat kontraksi tak terduga dalam aktivitas manufaktur dan kekhawatiran yang terus berlanjut terkait tarif Amerika Serikat (AS), meredam optimisme atas upaya pemerintah untuk memperkenalkan modal jangka panjang.
Namun, di Hong Kong, saham teknologi memimpin pasar lebih tinggi.
Melansir Reuters, Indeks CSI300 China ditutup turun 0,4%. Sementara Indeks Shanghai Composite melemah 0,1%. Indeks Hang Seng di Hong Kong naik 0,7%.
Baca Juga: Startup AI China, DeepSeek Menyalip ChatGPT di Apple App Store
Aktivitas manufaktur China secara tak terduga mengalami kontraksi pada Januari, menjadi yang terlemah sejak Agustus.
“Sebagian dari perlambatan mungkin disebabkan oleh lemahnya permintaan eksternal karena indeks pesanan ekspor baru turun ke level terendah sejak Maret tahun lalu,” kata Zhiwei Zhang, presiden Pinpoint Asset Management.
Sementara itu, ancaman tarif dan sanksi Presiden AS Donald Trump terhadap Kolombia – yang kini ditunda setelah kesepakatan tercapai – mengingatkan investor bahwa Trump serius dengan janji tarifnya.
“Risiko tarif mungkin tertunda, tetapi tidak dihentikan,” kata Morgan Stanley dalam sebuah catatan, memperkirakan bahwa tarif rata-rata berbobot pada China akan meningkat dari 10% di akhir 2024 menjadi 26% di akhir 2025 dan 36% pada 2026.
Baca Juga: Bursa Selandia Baru Ditutup Tergelincir Senin (27/1), Pasar Australia Libur
Kekhawatiran ini meredam antusiasme dari tanda-tanda bahwa dana institusi mulai mengalir ke pasar saham setelah Beijing menetapkan target spesifik pekan lalu untuk memperkenalkan modal jangka panjang dari perusahaan asuransi dan reksadana.
Tiga perusahaan asuransi, termasuk China Pacific Insurance dan Taikang Life, mendapat persetujuan regulasi untuk menginvestasikan 52 miliar yuan (US$7,16 miliar) ke saham melalui dana yang baru dibentuk, menurut laporan media pemerintah.
Karena kebijakan fiskal dan perumahan yang masih lemah, “kami menyarankan investor untuk tetap berhati-hati dan lebih memilih saham dengan pengembalian tunai yang stabil dan hasil dividen,” ujar Morgan Stanley.
Baca Juga: Aktivitas Manufaktur China Kontraksi di Januari 2025, Sentuh Level Terendah 5 Bulan
Saham utilitas dan perbankan menguat karena investor bertaruh bahwa mereka akan diuntungkan dari aliran dana asuransi yang diantisipasi.
Namun, saham teknologi, termasuk robotika, pembuatan chip, dan komputasi awan, mengalami penurunan.
Selanjutnya: Osaka, Jepang Larang Merokok di Jalanan Jelang World Expo 2025
Menarik Dibaca: Bali Mayoritas Hujan, Waspadai Hujan Petir di 3 Wilayah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News