Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Mayoritas bursa Asia terperosok dalam pada transaksi Kamis (14/1) pagi ini. Penurunan bursa Asia mengekor aksi jual besar-besaran yang terjadi di pasar global akibat kecemasan perlambatan ekonomi global dan rendahnya harga minyak dunia.
Asal tahu saja, pagi ini, indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang menghapus kenaikan pada Rabu kemarin sebesar 2,88% dan terpuruk 3,58%. Sektor komoditas dan permesinan mencatatkan penurunan terdalam sekitar 3% hingga 4%.
Sementara indeks Kospi Korea Selatan tercatat turun 1,02%, Senasib, indeks S&P/ASX 200 Australia juga terpangkas 1,6% dengan sektor energi dan finansial masing-masing turun tajam 2,96% dan 1,88%. Seluruh sektor memerah, kecuali emas yang berhasil naik 3,76%.
Harga minyak masih akan menjadi fokus utama pasar di Asia setelah harga minyak WTI dan Brent menyentuh level terendah dalam 12 tahun terakhir beberapa waktu lalu.
Sementara itu, data menunjukkan, cadangan minyak AS mengalami kenaikan 234.000 barel pada pekan lalu, lebih rendah dari prediksi. data ini juga dibayangi oleh lonjakan cadangan bensin di level 8,4 juta barel.
Lance Kawaguchi, managing director untuk sumber daya dan energi HSBC mengungkapkan, anjloknya harga minyak dunia melebar ke sektor energi yang lebih luas.
"Harga minyak yang berada di level terendah 12 tahun menekan saham-saham berbasis energi sehingga mereka harus meningkatkan langkah efisiensi seperti penghematan dan restrukturisasi," jelasnya.
Hari ini, ada sejumlah agenda yang juga menjadi perhatian market. Pertama, Australia akan merilis data tenaga kerja Desember. Setelah berhasil menambah sekitar 71.000 lapangan kerja pada November, mayoritas ekonom memprediksi penambahan jumlah tenaga kerja pada Desember akan turun tajam.
Kedua, bank sentral Korea Selatan dan Indonesia akan mengumumkan kebijakan moneter mereka pada hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News