kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa Asia Melemah Pada Perdagangan Kamis (14/3) Pagi, Mengekor Wall Street


Kamis, 14 Maret 2024 / 08:31 WIB
Bursa Asia Melemah Pada Perdagangan Kamis (14/3) Pagi, Mengekor Wall Street
ILUSTRASI. Mayoritas Bursa Asia melemah pada perdagangan Kamis (14/3) pagi. REUTERS/Issei Kato


Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas Bursa Asia melemah pada perdagangan Kamis (14/3) pagi. Pukul 08.21 WIB, indeks Nikkei 225 turun 249,97 poin atau 0,65% ke 38.433,72, Hang Seng naik 38,43 poin atau 0,22% ke 17.120,54, Taiex turun 5,72 poin atau 0,01% ke 19,930,84, Kospu naik 8,91 poin atau 0,33% ke 2.702,49, ASX 200 turun 9,34 poin atau 0,12% ke 7.720,80, Straits Times naik 7,80 pon atau 0,24% ke 3.168,34 dan FTSE Malaysia turun 3,21 poin atau 0,21% ke 1.534,48.

Mengutip Bloomberg, mayoritas bursa Asia melemah, mengikuti penurunan saham teknologi di Wall Street.

Di Asia, Bank of Japan kembali menjadi sorotan. Kabarnya, pejabat BOJ mempertimbangkan akhir pembelian dana yang diperdagangankan di bursa yang dimulai oleh bank sentral pada tahun 2010. Langkah ini dilakukan saat inflasi di Jepang mulai naik menuju target yang ditetapkan bank sentral.

Baca Juga: Bursa Asia Mixed, Mayoritas Indeks Menguat Pada Perdagangan Rabu (13/3) Pagi

Di AS, data ekonomi yang akan dirilis akhir pekan ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kesehatan perekonomian AS dan dampak kebijakan moneternya.

Pada pekan ini, AS akan merilis data penjualan ritel, indeks harga produsen, klaim pengangguran dan sentimen konsumen.

"Kami pikir imbal hasil bisa naik lebih tinggi menjelang keputusan FOMC Rabu pekan depan, terutama jika inflasi PPI memberikan kejutan ke sisi positif," kata Will Compernolle di FHN Financial.

"Katalis potensial berikutnya bagi suku bunga adalah dot plot dan konferensi pers pekan depan." 

Di China, investor tengah menilai dampak dari kesulitan pengembang ritel negara tersebut dalam membayar obligasinya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×