Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia pada Jumat (19/8) mayoritas ditutup di zona merah. Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, penurunan pada bursa Asia terjadi setelah tidak kurang empat pejabat Federal Reserve(The Fed), mempertegas komitmen mereka untuk terus menaikkan suku bunga acuan.
Dua pejabat Federal Reserve yang memiliki hak suara (voting right) dalam Federal Open Market Committee (FOMC) yakni James Bullard dari St. Lous dan Esther George dari Kansas, menekankan bahwa bank sentral AS akan terus menaikkan suku bunga acuan hingga inflasi turun mendekati target 2%.
Sementara itu, pejabat Federal Reserve tanpa hak suara dalam FOMC, Mary Daly dari San Francisco mengatakan Federal Reserve tidak akan terburu-buru dalam mengubah kebijakannya tahun depan. Ini berlawanan dengan ekspektasi investor bahwa suku bunga acuan akan mulai diturunkan sebelum akhir tahun 2023.
Baca Juga: Bursa Asia Ditutup Mixed pada Selasa (16/8), Investor Cermati Pertumbuhan Ekonomi
Investor masih mempunyai ekspektasi kenaikan suku bunga 50 basis point (bps) di bulan September. Namun, melihat risiko yang semakin besar dengan saat ini, sekitar 40% probabilitas bahwa suku bunga akan naik sebesar 75 bps.
Suku bunga acuan Federal Fund Rate (FFR) diramalkan akan mencapai puncaknya di level paling tidak 3.5%. Meskipun sejumlah pejabat Federal Reserve memberi argumentasi suku bunga akan berada di 4% atau bahkan lebih.
Fokus perhatian investor kini tertuju pada pidato Gubernur Federal Reserve Jerome Powell tanggal 26 Agustus nanti di Jackson Hole, Wyoming, dalam sebuah acara simposium.
Dari Asia, investor mencerna rilis data inflasi inti Jepang yang naik 2,4% year-on-year (yoy) di bulan Juli. Angka ini sesuai estimasi dan lebih cepat dari kenaikan 2,2% yoy di bulan Juni.
Meskipun inflasi inti sudah berada di atas target 2% selama 4 bulan beruntun, bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) kemungkinan besar masih akan mempertahankan kebijakan moneter yang super longgar. Hal ini mengingat tingkat inflasi Jepang yang masih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi di negara-negara maju lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News