Reporter: Dupla Kartini | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Di akhir pekan kemarin, mayoritas bursa kawasan Asia memang ditutup melemah. Namun dalam sepekan terakhir itu, bursa regional sejatinya menguat 1,4%. Alhasil, indeks MSCI Asia Pasifik melaju ke angka 119,11.
Para analis menilai, penguatan saham Asia tersebut didorong oleh sentimen laporan keuangan para emiten. Apalagi di Amerika Serikat (AS) dan Asia, laporan keuangan emiten memperlihatkan kinerja yang menggembirakan. Hal itu mendorong pelaku pasar masuk ke aset berisiko. Lemahnya data ekonomi AS seakan tertutupi serangkaian kinerja para emiten itu.
Sayangnya, di ujung pekan (30/7) kemarin, bursa saham di kawasan Asia tidak mampu mempertahankan penguatannya. Salah satu penyebabnya, pasar mengantisipasi data pertumbuhan ekonomi (PDB) AS yang diprediksi memburuk. Hal ini menjadi alasan pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung di akhir pekan, yang bertepatan dengan akhir bulan.
Lemahnya data ekonomi Jepang yang dirilis Jumat (30/7) turut menyeret kejatuhan saham Asia. Data tingkat pengangguran Jepang selama Juli naik ke 5,3% dari sebelumnya 5,2%. Sementara, produksi pabrik selama Juni 2010 jatuh 1,5% dari bulan sebelumnya. Padahal analis memprediksi ada kenaikan 0,2%.
Pekan ini, harapan kembali terbit. Menurut Analis Indosukses Futures Herry Setyawan, pasar tak terlalu menanggapi negatif data PDB AS kuartal II yang cuma 2,4%, lebih rendah daripada kuartal I. Nyatanya, indeks Dow Jones akhir pekan lalu hanya turun 0,01% ke 10,465.94.
Penurun Dow Jones tidak dalam lantaran selain merilis data PDB kuartal II, pemerintah AS merevisi PDB kuartal I dari 2,7% menjadi 3,7%. Jadi, PDB semester I tetap lebih tinggi ketimbang semester
I-2009. "Pasar malah menanggapi positif, makanya akhir pekan Dow Jones hanya turun tipis. Padahal sebelum data diumumkan, Dow Jones turun cukup banyak," ujar Herry.
Analis Askap Futures Ibrahim menambahkan, tipisnya penurunan indeks Dow Jones di AS pada akhir pekan lalu membuka harapan indeks saham di bursa Asia akan kembali naik hari ini. Apalagi, di awal pekan ini, saham komoditas masih berpotensi naik menyusul meningkatnya permintaan komoditas menjelang bulan Ramadhan dan pesta tahunan di kawasan Asia.
Meski demikian, investor sebaiknya juga mencermati efek melambatnya pertumbuhan manufaktur di China. Minggu (1/8), Purchasing Manager's Index (PMI) China selama Juni jatuh ke 51,2, dari 52,1 pada Juni. Angka ini lebih rendah ketimbang prediksi para analis sebesar 51,4. Indeks produksi juga turun ke 52,7 dari 55,8 di Juni.
Selain itu, pasar juga mengantisipasi data baru dari AS, seperti data ketenagakerjaan dan permintaan pabrik. "Meski secara fundamental lemah, bursa tidak akan langsung jatuh, masih mungkin naik sebelum koreksi," ujar Ibrahim.
Lantaran merespon data China dan menanti data baru dari AS, Herry memprediksi, pekan ini bursa di kawasan Asia akan cenderung konsolidasi. Apalagi, sepekan lalu, bursa Asia sudah naik cukup tinggi.
Namun, ia buru-buru menambahkan, kondisi di Indonesia masih cukup solid. Kinerja sejumlah emiten yang menorehkan laba besar akan menopang pergerakan indeks di Bursa Efek Indonesia.
Herry memprediksi, hari ini IHSG akan bergerak di 3.000-3.100, indeks Hang Seng di 20.700-21.300, dan indeks Nikkei 225 di kisaran 9350-9850.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News