Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham Asia-Pasifik naik pada perdagangan Kamis (4/11) pagi menyusul pengumuman Federal Reserve yang akan mulai mengurangi laju pembelian obligasi pada November nanti.
Melansir CNBC, indeks Nikkei 225 Jepang naik 1,06% pada awal perdagangan karena saham Fast Retailing melonjak lebih dari 2%. Indeks Topix naik 0,71%. Indeks Kospi Korea Selatan juga melonjak 1,09%.
Bursa saham Australia naik di perdagangan pagi karena S&P/ASX 200 naik 0,3%. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,3% lebih tinggi.
Pasar saham Singapura, Malaysia dan India tutup pada hari Kamis untuk liburan.
Baca Juga: Prediksi IHSG Kamis (4/11) rawan terkoreksi, investor slow dulu, pilih saham berikut
Rencana tapering The Fed
The Fed mengumumkan akan mulai mengurangi laju pembelian obligasi bulanan akhir bulan ini. Langkah tersebut sejalan dengan ekspektasi pasar menyusul serangkaian sinyal sebelumnya dari bank sentral AS bahwa pihaknya akan mulai menghentikan program yang dipercepat pada Maret 2020 sebagai tanggapan terhadap pandemi Covid.
Indeks acuan Wall Street naik ke rekor baru pada hari Rabu setelah pengumuman The Fed. Dengan Dow Jones Industrial Average naik 104,95 poin menjadi 36.157,58, S&P 500 naik 0,65% menjadi 4.660,57, dan Nasdaq Composite melonjak 1,04% menjadi 15.811,58.
Mata uang dan minyak
Baca Juga: Rekor Wall Street berlanjut setelah The Fed mengumumkan langkah tapering
Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang rekan-rekannya, berada di 93,844 setelah baru-baru ini jatuh dari level di atas 94.
Yen Jepang diperdagangkan pada 114,06 per dolar, lebih lemah dari level di bawah 113,6 yang terlihat terhadap greenback awal pekan ini.
Dolar Australia berpindah tangan pada $0,746, menyusul penurunannya dari atas US$0,752 pada awal pekan perdagangan.
Harga minyak lebih rendah di pagi hari jam perdagangan Asia, dengan minyak mentah Brent lebih rendah sebesar 0,71% pada US$81,42 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 0,74% pada US$80,26 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News