Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Indeks saham utama di Asia sore ini, Selasa (6/6), ditutup beragam (mixed) seiring dengan maraknya aksi ambil untung (profit-taking) setelah mengalami reli dua hari beruntun. Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia, pergerakan bursa Asia juga dipengaruhi sikap investor yang menimbang peluang bank sentral AS, Federal Reserve, mempertahankan suku bunga acuan bulan ini.
Investor merasa khawatir bahwa ekonomi AS mungkin sedang melambat setelah data ISM Non-Manufacturing Index di bulan Mei turun ke level terendah dalam tiga tahun. Ini merupakan sebuah sinyal bahwa pelemahan mulai muncul di industri konstruksi, pariwisata dan wilayah penting lain dalam ekonomi AS. Sektor jasa (services) menyumbangkan sekitar dua pertiga dari ekonomi AS.
Ini bertolak belakang dengan rilis data non-farm payrolls (NFP) bulan Mei akhir pekan lalu yang secara tak terduga memperlihatkan penambahan lapangan kerja yang jauh lebih besar dari ekspektasi pasar. Sehingga mendorong potensi resesi akibat kenaikan suku bunga secara agresif oleh Federal Reserve semakin jauh dari kenyataan.
Baca Juga: Cuma Mampu Naik Sehari, IHSG Kembali Melemah Hari Ini (6/6)
Para pengamat juga memberi peringatan bahwa dengan berakhirnya drama plafon utang (debt ceiling) pemerintah AS, maka Kementerian Keuangan AS diprediksi akan membanjiri pasar dengan surat utang baru untuk mengisi kembali pundi-pundi uang mereka, sehingga akan menarik dana keluar dari sistem keuangan dan memberi tekanan pada likuiditas.
Bank sentral Australia RBA menaikkan suku bunga acuan cash rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,10%. Kenaikan suku bunga ini di luar ekspektasi pasar bahwa suku bunga akan dipertahankan. Kenaikan ini adalah yang kedua belas kali secara beruntun dan membawa suku bunga melampaui 4,0% untuk pertama kali dalam hampir 12 tahun.
RBA mengambil langkah ini Langkah ini diambil setelah tingkat inflasi selama periode Januari–Maret berada di 6,8%, lebih tinggi dari ekspektasi. RBA memberi peringatan bahwa pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut mungkin masih diperlukan tahun ini, mengingat perlu waktu bagi inflasi untuk kembali ke kisaran target 2%-3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News