kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa Asia bergerak mixed pada Senin (17/5) pagi, mayoritas indeks melemah


Senin, 17 Mei 2021 / 08:26 WIB
Bursa Asia bergerak mixed pada Senin (17/5) pagi, mayoritas indeks melemah
ILUSTRASI. Bursa Asia. REUTERS/Kim Hong-Ji


Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia dibuka bervariasi pada awal perdagangan Senin (17/5), dengan mayoritas indeks melemah. Pukul 08.20 WIB, indeks Nikkei 225 turun 119,82 poin ata 0,42% ke 27.963,61, Kospi turun 11,01 poin atau 0,35% ke 3.142,15, ASX 200 naik 45,66 poin atau 0,65% ke 7,059,90, Straits Times turun 15,37 poin atau 0,54% ke 3.039,83 dan FTSE Malaysia turun 1,80 poin atau 0,10% ke 1.580,89.

Bursa Asia terlihat bergerak hati-hati menjelang pembacaan ekonomi China. 

Output industri dan penjualan ritel diperkirakan akan menunjukkan kenaikan tahunan yang lumayan mengingat aktivitas di bulan April tahun lalu sangat dirusak oleh lockdown akibat pandemi. Ekspor tetap kuat saat negara maju dibuka kembali, sementara stimulus di dalam negeri akan mendukung belanja ritel.

Kalender data AS minggu ini, menempatkan fokus pada risalah rapat kebijakan terakhir Federal Reserve untuk petunjuk kapan para pejabat di sana mungkin mulai berbicara tentang pengurangan.

Baca Juga: Bursa Singapura melemah 3% lebih setelah pengumuman lockdown

Sejauh ini, sebagian besar anggota Fed telah dengan gigih bersikap dovish terhadap kebijakan, dengan alasan lonjakan inflasi hanya sementara, meskipun ada risiko hal itu bisa menjadi ekspektasi.

Survei konsumen Universitas Michigan pekan lalu menunjukkan tingkat inflasi tahun depan tertinggi yang diharapkan serta tingkat inflasi jangka panjang tertinggi dalam dekade terakhir.

Ekonom AS BofA Michelle Meyer melihat tekanan harga yang terlalu besar dari kekurangan barang dan rebound dalam perjalanan.

"Rasio inventaris terhadap penjualan berada pada posisi terendah dalam sejarah, rekor jumlah bisnis kecil yang mengeluhkan persediaan yang ketat, pelabuhan yang padat, dan kekurangan chip semikonduktor dan mobil baru / bekas mendorong harga lebih tinggi," kata Meyer seperti dikutip Reuters.

"Kami memperkirakan inflasi barang akan melemah pada akhir tahun karena tingkat permintaan turun dan produksi rebound, tetapi upah mungkin terus naik," tambahnya.

Selanjutnya: EMERGING MARKETS: Bursa Singapura jatuh lebih 3% setelah perketat pembatasan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×