CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Burden sharing menyokong kenaikan pasar obligasi Indonesia


Kamis, 26 Agustus 2021 / 20:40 WIB
Burden sharing menyokong kenaikan pasar obligasi Indonesia
ILUSTRASI. Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang berada di posisi tertingginya sepanjang sejarah.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia kembali menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini tercermin dari Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang berada di posisi tertingginya sepanjang sejarah.

Pada Kamis (26/8) ICBI berada di level 326,96. Angka ini naik 0,07% dari hari sebelumnya. ICBI saat ini sedang berada di dalam tren bullish dan di sepanjang tahun ini terus mencatatkan rekor tertingginya.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha menjelaskan bahwa pasar obligasi yang sedang berkinerja baik. Kenaikan pasar obligasi ditopang oleh pernyataan Bank Indonesia (BI) yang akan melaksanakan burden sharing, sehingga BI akan tetap mendukung pasar.

“Jadinya ini yang dinilai oleh market. Supply pressure berkurang, karena tetap BI akan hadir untuk membeli obligasi,” kata Darma kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Tapering dinilai akan menggoyang pasar obligasi Indonesia

Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama dengan BI setuju untuk melanjutkan burden sharing melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) III. Bagi beban kedua belah pihak tersebut dilakukan untuk pelaksanaan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) 2021 dan APBN 2022.

Dalam SKB III yang melaksanakan burden sharing mengatur ada dua kluster dalam pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh BI.

Pertama, kluster A yakni mengatur sebanyak Rp 51 triliun SBN yang beli oleh BI pada tahun 2021 dan Rp 40 triliun di tahun 2022.

Dalam hal ini BI akan menanggung seluruh biaya bunganya. Artinya pemerintah dapat bunga 0% alias gratis. SBN dalam kluster ini akan digunakan oleh pemerintah untuk penanganan kesehatan, termasuk program vaksinasi.

Baca Juga: Simak proyeksi IHSG menjelang simposium Jackson Hole, Jumat (27/8)

Kedua, kluster B yakni sebesar Rp 157 triliun di tahun 2021 dan Rp 184 triliun di tahun 2022 dari SBN yang dibeli BI. Pemerintah akan menanggung biaya bunga sebesar suku bunga BI tenor 3 bulan.

Utang dengan bunga rendah tersebut direncanakan guna penanganan kesehatan terkait Covid-19 selain yang sudah ditetapkan dalam kluster A. Lalu untuk penanganan kemanusiaan dalam bentuk pendanaan berbagai program perlindungan sosial bagi masyarakat usaha kecil terdampak.

Darma menyatakan sebelumnya ada kekhawatiran akan isu tapering, apabila BI tidak support maka akan ada sell off. Dengan adanya BI saat ini memberikan kenyamanan bahwa BI hadir. “Jadi ini yang membuat pasar obligasi kita reli lumayan dari hari Senin sampai hari ini (Kamis, 26/8),” tutur Darma.

Baca Juga: Hingga Juli 2021, OJK Mencatat Kredit Perbankan Mengucur Sebanyak Rp 1.439 Triliun

Ke depannya, apabila tapering berjalan sesuai dengan apa yang diprediksi pasar, Darma menyatakan kalau reli obligasi Indonesia masih akan terus berjalan. Ia menargetkan yield obligasi tenor 10 tahun bisa menyentuh 5,8%-6,0%.

Darma mengatakan bahwa likuiditas yang masih berlimpah di pasar global dan di pasar Indonesia masih akan mendorong harga obligasi. “Saya rasa masih ada upside dari penurunan yield sampai ke angka 5,8%,” pungkas dia.

Baca Juga: Spread SR015 tinggi, Bank Commonwealth targetkan penjualan sebesar Rp 100 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×