Reporter: Abdul Wahid Fauzi, Kun Wahyu | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) akhirnya menetapkan bunga obligasinya. Berdasarkan prospektusnya, untuk obligasi seri A berjangka waktu lima tahun sebesar Rp 1 triliun TLKM memberi bunga 9,6% per tahun. Sementara, untuk seri B senilai Rp 1,9 triliun dengan jangka waktu 10 tahun berbunga 10,2%.
Itu berarti, TLKM menetapkan kupon yang mendekati batas atas penawarannya. Pada masa penawaran awal, perusahaan telekomunikasi pelat merah ini memberi kisaran kupon untuk obligasi seri A antara 8,91%-9,91%. Adapun untuk seri B, sebesar 9,4%-10,4%.
Dibandingkan seri Surat Utang Negara (SUN) yang menjadi acuannya, kupon obligasi TLKM pun termasuk premium. Tengok saja, SUN FR0027 yang jadi acuan obligasi TLKM seri A kemarin memberikan imbal hasil imbal hasil (yield) 7,67%. Jadi, kupon seri A TLKM lebih tinggi 1,93%. Adapun FR0031, yang menjadi acuan obligasi TLKM seri B, memberikan yield 8,07%. Jadi, ada selisih 2,13%.
Dengan kupon setinggi itu, maka TLKM harus membayar bunga obligasi ini setiap tahun sekitar Rp 289,8 miliar. Perinciannya, untuk obligasi seri A, TLKM harus merogoh dana sekitar Rp 96 miliar per tahun dan untuk obligasi seri B sebesar Rp 193,8 miliar.
Kupon masih wajar
Seorang sumber di PT Mandiri Sekuritas, selaku penjamin emisi obligasi TLKM, bilang, bunga obligasi TLKM ini masih cukup wajar. Ia beralasan, penurunan yield obligasi pemerintah baru terjadi akhir pekan lalu saja. Padahal, investor berani membeli obligasi ini lantaran sesuai dengan target investasinya. "Jadi sulit untuk menurunkan bunganya," ujar direktur yang enggan dikutip namanya ini.
Beberapa investor institusi, seperti dana pensiun dan asuransi menjadi pembeli obligasi ini. Salah satu yang terbesar adalah PT Jam-sostek. "Kami booking obligasi Telkom Rp 1 triliun," ungkap Hotbonar Sinaga, Direktur Utama Jamsostek, kemarin (28/6).
Eddy Kurnia, Vice Presiden Public & Marketing Communications TLKM, menilai bunga obligasi ini masih cukup kompetitif. Eddy juga tidak mempermasalahkan beban bunga yang cukup besar yang mesti TLKM bayar. "Semua sudah diperhitungkan. Lagipula, pertumbuhan bisnis baru kami, yaitu new wave, sangat tinggi," katanya.
Rencananya, TLKM akan menggunaan 50% dana obligasi ini untuk membiayai bisnis new wave berupa pita lebar (broadband), softswitch, data, dan teknologi informasi. Sementara, 40% untuk membiayai infrastruktur, seperti backbone dan sistem satelit. Sedangkan 10% akan dipakai untuk biaya sambungan kabel tidak bergerak dan sambungan nirkabel tidak bergerak.
Sukartono, Head of Debt Capital Market PT BNI Securities, juga berpendapat, bunga obligasi TLKM yang mendapat peringkat AAA dari Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) ini masih cukup wajar. Ia bilang, saat ini imbal hasil obligasi korporasi juga berkisar 11% per tahun. "Investor khawatir harga Surat Utang Negara akan terkoreksi, sehingga imbal hasilnya akan naik lagi," jelasnya (28/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News