Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya saat ini masih terseok-seok. Namun, hal itu ternyata akan berbanding terbalik dengan kinerja emiten konstruksi milik swasta.
Sebagai gambaran, salah satu BUMN Karya yang saat ini adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Dalam laporan keuangannya, WSKT mencatatkan cash WSKT pada kuartal I 2023 sebesar Rp 7,5 triliun, turun dari Rp 8,94 triliun di kuartal pertama tahun lalu.
Secara cash flow pun, kas dari operasional WSKT tercatat negatif Rp 467,62 miliar.
Secara saham, WSKT masih mengalami suspensi dari Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga saat ini akibat proses restrukturisasi utang yang masih berlangsung. Sementara, PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) sahamnya masih mentok di Rp 50 sejak suspensi dibuka BEI pada bulan Februari lalu.
Baca Juga: Kementerian BUMN dan OJK Mengusut Dugaan Rekayasa Keuangan BUMN Karya
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei melihat, kinerja emiten konstruksi swasta memang masih unggul, seperti PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA)
“NRCA masih unggul, karena mampu menghasilkan laba bersih positif di sepanjang tahun 2022. Namun, NRCA dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST) masih membukukan rugi bersih di periode yang sama,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (7/6).
Sebagai informasi, mengutip laporan keuangan di keterbukaan informasi pada Rabu (7/6), NRCA mencatatkan laba Rp 74,67 miliar pada tahun 2022. Angka itu naik dari tahun 2021 yang sebesar Rp 51,64 miliar.
Sementara, NRCA mencatatkan penurunan tipis laba periode berjalan di kuartal I 2023 ke Rp 28,83 miliar dari Rp 32,94 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
ACST mencatatkan pendapatan sebesar Rp 360,35 miliar pada kuartal I 2023. Nilai itu tumbuh 24,21% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 290,11 miliar.
Namun, ACST mencatat rugi bersih sebesar Rp 29,86 miliar. Nilai itu naik 19,36% dari kuartal I 2022 yang sebesar Rp 25,01 miliar.
Jono mengatakan, prospek emiten konstruksi swasta di tahun 2023 memang dipengaruhi dari jenis proyek-proyek yang diterima.
Baca Juga: Belanja Melambat, Laju Ekonomi Bisa Tersendat
Jika dibandingkan BUMN Karya, kinerja kontraktor swasta masih lebih baik. Sebab, kata Jono, biasanya swasta lebih berhati-hati memperhitungkan margin dan risiko.
“Namun, emiten konstruksi swasta tidak terpengaruh sentimen Pemilu 2024. Sebab, eksposur mereka ke proyek pemerintah tidak sebanyak BUMN Karya,” paparnya.
Technical Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora, mengatakan pada tahun ini kinerja bisnis dan saham emiten konstruksi swasta akan lebih baik daripada BUMN Karya.
Sebab, pembatasan kegiatan masyarakat telah dicabut oleh pemerintah, sehingga membuat pembangunan konstruksi bisa meningkat kembali.
“Hal ini dapat meningkatkan perolehan kontrak dan bisa meningkatkan kinerja emiten konstruksi swasta di tahun 2023,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (7/6).
Baca Juga: Cucu Usaha Waskita (WSKT) Gelar Restrukturisasi Utang dengan Bank BTN
Andhika melihat, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang sudah berjalan bisa menjadi sentimen positif untuk emiten konstruksi swasta. Sebab, hal itu bisa meningkatkan perolehan kontrak para emiten konstruksi swasta, walaupun tidak akan sebesar BUMN Karya.
Selain itu, Inflasi yang telah turun ke level 4% akan berpotensi membuat BI menurunkan suku bunga. “Apabila suku bunga turun, hal itu tentu bisa menjadi sentimen positif untuk emiten konstruksi swasta,” ungkapnya.
Andhika pun merekomendasikan Buy untuk NRCA dan ACST dengan target harga masing-masing Rp 500 dan Rp 160 per saham. Sementara, Jono masih belum memberikan rekomendasi untuk saham emiten konstruksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News