kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BUMI targetkan produksi 2019 naik 16%


Selasa, 12 Februari 2019 / 21:55 WIB
BUMI targetkan produksi 2019 naik 16%


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) targetkan pertumbuhan produksi 2019 mencapai 94 juta ton atau naik 16,04% dari perolehan 2018 yakni 81 juta ton. Dengan begitu, total pendapatan yang bakal diperoleh tahun ini bisa mencapai US$ 5,8 miliar atau setara Rp 81,2 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS).

"Kalau pakai harga rata rata (batubara) tahunan US$ 57 per ton, ya (pendapatan) hampir US$ 5,8 miliar, tahun lalu kan US$ 5,3 miliar, itu pendapatan dari batubara saja," kata Direktur Utama BUMI Saptari Hoedaja, Selasa (12/2).

Perusahaan itu optimistis bisa mencapai target tersebut, lewat dukungan alat produksi dan infrastruktur yang sudah ada. Di samping itu, BUMI juga terus mendorong efisiensi dengan menekan biaya produksi di 2019.

Harapannya, lewat efisiensi biaya produksi perusahaan itu sanggup menghasilkan laba yang cukup baik. Sehingga, kontribusi emiten kepada pemerintah juga bisa meningkat.

Selain itu, BUMI juga melakukan efisiensi dalam hal transportasi logistik. Salah satu kiat yang dilakukan yakni dengan membangun infrastruktur dan mengurangi ketergantungan solar.

Bahkan, saat ini Bumi Resources tengah mendesign land fan fire belt atau alat untuk mengangkut batubara, tanpa perlu menggunakan perantara truk. Dengan begitu, perusahaan itu mampu menghemat biaya transportasi dari sisi biaya solar.

Meskipun begitu, Saptari mengakui masih terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi BUMI di 2019. Pertama terkait kinerja operasional terhadap kondisi cuaca. Kedua, ketersediaan alat, di mana waktu yang dibutuhkan untuk memesan alat bisa mencapai satu tahun dan bakal menyebabkan deadlock produksi. "Tapi saya sudah katakan kepada managemen untuk menggunakan alat yang ada, kita juga jaga performance alat supaya bisa dipakai maximum," ujarnya.

Tantangan lainnya, ketersediaan suku cadang yang minim seperti ban. Sebagaimana diketahui, ban truk alat berat belum diproduksi di dalam negeri, sehingga emiten perlu impor.

Terkait tren penurunan harga batubara akhir akhir ini, Saptari mengungkapkan kuncinya adalah menjaga produksi, kualitas dan tepat waktu dalam menyalurkan produksi. Apalagi, pergerakan indeks batubara dunia cenderung dikendalikan oleh supply dan demand.

"Kalau kita bisa menjaga ketersediaan batubara dan medeliver on time, di mana konsumer sangat bergantung pada ketersediaan batubara, itu jadi kunci sukses kita ke depan dalam persaingan industri," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×