Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tengah mengembangkan diversifikasi industri pertambangan batubara di Bengalon, Kalimantan Timur.
Pembangunan kawasan industri kimia bernama PT Batuta Chemical Industrial Park tersebut, digadang gadang membutuhkan total dana hampir US$ 2,5 miliar atau setara Rp 35 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS).
"Investasinya besar, US$ 1,7 miliar untuk proses gasifikasi batubara menjadi metanol, dan US$ 600 juta untuk proses mengubah metanol menjadi fuel diesel. Jadi hampir US$ 2,5 miliar," kata Presiden Direktur BUMI Saptari Hoedaja, Selasa (12/2).
Batuta merupakan industrial estate yang disiapkan BUMI untuk membuat hilirasi batubara, dengan luas lahan mencapai 952,9 hektare. Di mana, untuk pembangunan tersebut emite itu telah melakukan penelitian dalam dua tahun terakhir.
"Feasibility study-nya, mudah-mudahan selesai semester I tahun ini, dan dari situ kita mulai bergerak untuk mencari investor dan pendanaan," ungkapnya.
Dalam pengembangan Batuta, nantinya akan menggunakan batubara dengan kandungan 4.200 kalori per kilogram atau jenis rendah. Dalam prosesnya, maksimum akan menggunakan 5 juta ton batu bara termasuk untuk pembangkit listrik.
"Itu 2 juta ton untuk listrik, dan 3 juta untuk gas. Beban atau fuel diesel itu besar, dalam setahun hampir US$ 600 juta," ujarnya.
Meskipun tengah melakukan penjajakan dengan beberapa negara seperti Amerika, China dan Afrika Selatan sebagai rekan investasi, Saptari berharap nantinya BUMI akan menjadi mayoritas pemegang saham pengembangan diversifikasi Batuta itu. Meskipun begitu, proses negosiasi dengan beberapa negara tersebut masih belum selesai.
Industrial Estate Batuta rencananya akan dibangun seperti perumahan, sedangkan pabriknya akan dibangun sendiri oleh BUMI.
Di mana, untuk poduksi metanol menjadi fuel diesel akan dimanfaatkan untuk konsumsi BUMI, dengan harapan dalam waktu 2 hingga 3 tahun BUMI bisa efisiensi biaya bahan bakar hingga 30%. sedangkan gasifikasi dari batubara menjadi metanol rencananya akan dikomersilkan.
"Metanol kan bisa dijual kemana-mana, Indonesia saja masih impor, jadi nanti pasarnya domestik dulu. Tunggu feasibility study-nya selesai, mudah-mudahan sebelum semester pertama selesai dan bisa bangun konstruksi 2020," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News