Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Aksi korporasi PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memang seringkali bikin jantung investor dag-dig-dug tidak karuan. Kali ini, produsen batubara tersebut kembali bikin heboh. Konon, BUMI bakal kembali mengambil alih saham PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia dari Tata Power.
Seorang pelaku pasar yang mengetahui persis rencana tersebut mengatakan, Tata Power berniat melego kembali 30% saham KPC dan Arutmin yang dibelinya dari BUMI pada 2007 silam. Tata terpaksa melepas kepemilikan saham di KPC dan Arutmin karena kesulitan membayar utang. Untuk mengakuisisi KPC dan Arutmin, Tata berutang US$ 850 juta.
Berdasarkan kesepakatan akuisisi KPC dan Arutmin dulu, BUMI memang mendapat penawaran pertama kalau Tata ingin menjual sahamnya di dua perusahaan tadi. Kali ini, Tata bahkan menjual KPC dan Arutmin lebih murah 50% dari harga belinya, yang mencapai US$ 1,1 miliar.
Kabar yang sampai KONTAN, BUMI akan kembali menggandeng Northstar Pacific untuk membantu pembiayaan akuisisi tersebut. Menurut si sumber, kemarin (15/3) manajemen BUMI bertemu dengan Northstar guna membahasnya.
Selain Northstar, Credit Suisse juga terlibat dalam akuisisi ini. "Mereka telah memberikan utang yang cukup besar kepada BUMI, jadi mereka berkepentingan," ujar sang sumber yang enggan menjadi top itu. Untuk tahun ini, Credit Suisse sudah menggelontorkan duit US$ 260 juta pada BUMI untuk modal kerja.
Tunggu hasil pemeriksaan
Lebih hot lagi, konon Credit Suisse telah berkonsultasi dengan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengenai rencana tersebut. Masih kata sumber tadi, Bapepam-LK telah memberi restu akuisisi tersebut, dan menegaskan tidak ada masalah.
Untuk memuluskan rencana itu, manajemen BUMI dikabarkan siap melepas akuisisi tiga perusahaan tambang yang dilakukannya beberapa waktu lalu. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Dharma Henwa Tbk (DEWA), PT Fajar Bumi Sakti dan PT Pendopo Energi Batubara.
Namun BUMI menyanggah kabar tersebut. Nalinkant Rathod, Komisaris Utama BUMI mengaku belum tahu soal rencana tersebut. Sementara, Wakil Presiden Hubungan Investor BUMI Dileep Srivastava menganggap kabar tersebut terlalu spekulatif. "Saya tidak ada komentar untuk masalah ini," cetusnya.
Bapepam-LK juga membantah telah memberi restu pada BUMI untuk membeli kembali KPC dan Arutmin. "Saya belum mendengar kabar tersebut," kata Ahmad Fuad Rahmany, Ketua Bapepam-LK, saat dihubungi KONTAN, Minggu (15/3).
Baik Fuad maupun Dileep sama-sama menegaskan masih menunggu kelanjutan pemeriksaan akuisisi BUMI terhadap tiga perusahaan tambang sebelum ini. Fuad mengatakan masih menunggu penilai independen yang akan ditunjuk oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hingga akhir pekan lalu, BEI belum menunjuk penilai independen yang akan memeriksa akuisisi BUMI tadi. "Mencari penilai independen untuk kasus besar seperti ini bukan perkara mudah," tukas Erry Firmansyah, Direktur Utama BEI, akhir pakan lalu.
Kepala Riset PT Bapindo Bumi Sekuritas, Danny Eugene memandang rencana BUMI melepas tiga perusahaan tambang yang baru saja diakuisisi aneh. "Dengan kondisi yang sekarang, konsep bisnis mereka sudah sangat baik," tegas Danny.
Ia menyarankan agar investor tidak bereaksi dahulu terhadap kabar yang masih simpang siur ini. "Investor harus hati-hati terhadap terhadap kabar soal aksi BUMI yang belum jelas kebenarannya," pesan Danny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News