kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45911,36   -8,15   -0.89%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bukit Asam (PTBA) Kaji Opsi Lain Hilirisasi Batubara Setelah Proyek DME Macet


Selasa, 28 November 2023 / 06:56 WIB
Bukit Asam (PTBA) Kaji Opsi Lain Hilirisasi Batubara Setelah Proyek DME Macet
ILUSTRASI. Bukit Asam (PTBA) mengkaji seluruh opsi hilirisasi batubara setelah mundurnya Air Products dalam proyek Dymethil Ether.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tetap akan menjalankan proyek hilirisasi batubara.

PTBA mengkaji seluruh opsi hilirisasi batubara setelah mundurnya Air Products dalam proyek Dymethil Ether (DME) beberapa waktu lalu. 

Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail menjelaskan, produk hilirisasi batubara tidak hanya DME, tetapi ada juga Mono Ethylene Glycol (MEG), Anoda, hingga grafit. Maka itu, PTBA menjajaki semua opsi yang ada dengan melaksanakan kajian pada masing-masing produk. 

“Jadi hilirisasi tetap kita jalani supaya bisa berikan nilai tambah,” ujarnya ditemui di Gedung DPR RI, Senin (27/11). 

Khusus untuk proyek DME, Arsal mengakui, mencari pengganti Air Products tidaklah mudah karena proyek mahal ini harus dikaji secara menyeluruh terutama aspek keekonomiannya. Maka itu, PTBA mengkaji semua potensi hilirisasi yang ada dan paling memungkinkan untuk direalisasikan segera. 

Baca Juga: Kenaikan Penjualan Ekspor Menopang Kinerja Bukit Asam (PTBA)

PTBA secara intensif melakukan kajian dengan beberapa investor dan partner terkait proyek hilirisasi ini. 

Anggota Komisi VII DPR RI, Ramson Siagian menilai gasifikasi batubara merupakan proyek yang sulit dilaksanakan karena membutuhkan investasi besar serta subsidi berganda. Subsidi yang dimaksud ini meliputi, batubara untuk proyek ini dan masih jalannya subsidi LPG 3 kg. 

“Proyek ini banyak disubsidi, gas LPG-nya disubsidi, batubaranya juga disubsidi karena harga batubara kan naik jadi proyeknya tidak masuk keekonomiannya,” ujarnya ditemui di lokasi yang sama. 

Menurutnya, daripada pemerintah merogoh kocek terlalu dalam untuk mensubsidi batubara untuk gasifikasi, lebih baik LPG yang disubsidi karena harga batubara bisa jauh lebih tinggi dibandingkan harga gas. 

Ramson melihat, meski proyek gasifikasi batubara ini belum dapat segera dilaksanakan, konsumsi batubara ke depan masih tinggi. Lantaran pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) masih dioperasikan dengan tetap mengupayakan penurunan emisi lewat teknologi penangkapan karbon. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×