Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan pertumbuhan produksi batubara tahun depan di angka 10%-15% dari tahun ini. Saat ini, mereka tengah menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Belanja, kemudian diajukan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sebagai perbandingan, proyeksi volume produksi batubara Bukit Asam tahun ini mencapai 23 juta ton–24 juta ton. Mengacu pada proyeksi itu, hitungan target minimal produksi batubara tahun depan yakni 25,3 juta ton.
Namun, target pertumbuhan produksi batubara Bukit Asam tergantung pada tiga hal. Pertama, peningkatan kapasitas angkut dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). Karena asal tahu saja, Bukit Asam dan KAI berencana mengembangkan dua proyek angkutan kereta api baru dari lokasi pertambangan di Tanjung Enim menuju Prajan dan Kramasan.
Kedua, proyek perluasan jalur angkut kereta api Tanjung Enim-Kertapati dan Tanjung Enim–Tarahan. Kedua jalur kereta api tersebut berpotensi menambah kapasitas angkut batubara hingga 8,3 juta metrik ton.
Ketiga, proyek jalur kereta api dari Tanjung Enim menuju Srengsem. Bukit Asam melalui anak perusahaannya, PT Bukit Asam Transpacific Railway, membangun sendiri proyek tersebut.
Apabila tiga hal tadi terpenuhi, Bukit Asam optimistis target pertumbuhan produksi batubara pada tahun mampu bisa di atas 10% sampai 15%. "Kalau bisa sampai 20% peningkatan produksinya, karena memang sangat tergantung pada peningkatan kapasitas dari PT KAI," tutur Arviyan Arifin, Direktur Utama, akhir pekan lalu.
Selain mengejar target peningkatan produksi, tahun depan Bukit Asam juga berencana menambah area tambang. Perusahaan yang mejeng dengan kode saham PTBA di Bursa Efek Indonesia tersebut mengincar peluang akuisisi perusahaan tambang atau lahan tambang lain.
Manajemen Bukit Asam menyatakan, salah satu tujuan pembentukan holding BUMN Pertambangan adalah menguasai sumber-sumber mineral dalam negeri. Rujukannya adalah Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
Seperti diketahui, Bukit Asam bergabung dalam holding BUMN Pertambangan bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk, PT Timah Tbk dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Sementara menurut catatan internal Bukit Asam, produksi mereka selama ini baru menguasai antara 5%-10% produksi batubara nasional.
Namun, Bukit Asam belum bersedia membeberkan informasi lebih detail tentang rencana akuisisi. "Ada (akuisisi), tapi belum kami putuskan, kami usahakan ada tahun 2018," kata Arviyan.
Sebelumnya, KONTAN memberitakan bahwa alokasi dana belanja modal atau capital expenditure (capex) Bukit Asam tahun 2018 sebesar Rp 4 triliun–Rp 5 triliun. Alternatif sumber pembiayaannya dari kas internal dan pinjaman perbankan. Alokasi capex tahun depan minimal naik dua kali lipat ketimbang tahun ini Rp 2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News