kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bos BNI Life memilih properti yang lebih stabil


Sabtu, 02 Desember 2017 / 17:12 WIB
Bos BNI Life memilih properti yang lebih stabil


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi mutlak diperlukan untuk memproteksi diri di masa depan. Geger N. Maulana, Plt Direktur Utama BNI Life, menjatuhkan sebagian besar portofolio investasinya pada instrumen properti.

Dalam berinvestasi, pria kelahiran Bandung 11 Desember 1961 ini mengaku terilhami salah satu surat dalam Al Quran, Surat Yusuf, yang memberi pelajaran bahwa setiap orang harus memproteksi diri.

"Kondisi saya belum tentu sejahtera selamanya, sama seperti cerita Nabi Yusuf tentang 7 tahun paceklik dan 7 tahun sejahtera. Tetapi jika ingin tetap sejahtera di masa pensiun, kita harus memproteksi diri dengan investasi dari sekarang," ungkap Geger, Rabu (29/11) lalu.

Bekerja di BNI Life sejak 2011, pemikiran investasi untuk memproteksi diri jadi lebih bermakna dan dipahami betul oleh Geger. "Selagi masih aktif bekerja, maka alokasikan uang secukupnya untuk masa depan," kata dia.

Menurut Geger, dua aspek penting dalam hidup yang harus diproteksi adalah kesehatan dan masa pensiun. Dalam memproteksi kedua aspek itu, dia lebih memilih berinvestasi dalam instrumen properti.

Geger menceritakan, awal mula dirinya berinvestasi properti saat sudah bekerja 5 hingga 10 tahun pertama. Menurut dia, properti relatif aman dari sisi nilai. "Saya beli rumah setelah masa krisis ekonomi Indonesia, saya beli rumah di Jakarta yang tidak terkena banjir," kata Geger.

Pemilihan lokasi yang tepat membawa keuntungan. Di 2002, ketika sebagian wilayah Jakarta terkena banjir, properti milik Geger termasuk bebas banjir. Alhasil, harga jual rumahnya menanjak. "Karena tempat saya tidak kena banjir, orang ingin pindah ke tempat saya, jadi ada kenaikan harga dan saya lepas," kata Geger.

Geger mengaku sebagai investor konservatif. Terlihat dia lebih menyukai investasi di aset yang lebih stabil seperti properti. "Harga properti terus meningkat, kepastian lebih bisa diukur, risikonya rendah," kata Geger. Saat ini dia memiliki beberapa properti berupa rumah, apartemen, ruko dan kios di Jakarta dan Bandung.

Geger menilai Bandung terkenal sebagai tempat wisata kuliner yang memiliki prospek bagus. Ia bercerita, ruko dan kios yang ia miliki berdiri di kawasan dekat proyek Mass Rapid Transit (MRT). Ia juga memiliki apartemen yang lokasinya terletak di dekat proyek kereta api Bandara. "Kita harus pandai mengalokasikan properti di daerah yang memiliki prospek bagus ke depannya," kata dia.

Dalam investasi properti, Geger punya prinsip lokasi penting, tapi bukan satu-satunya yang penting. Maklum, ia punya pengalaman, di awal investasi properti, ia sempat rugi karena developer mengalami masalah pada pengurusan tanah. Alhasil, kini ia bukan cuma mempertimbangkan prospek lokasi properti, tapi juga memperhatikan faktor developer dan sertifikasi tanah harus jelas.

Sebesar 70% komposisi investasi Geger adalah properti. Dia juga menanamkan dananya 10% di saham serta 20% deposito dan reksadana.

Geger berkesempatan masuk saham karena mendapat bonus saham dari kantornya. Saat mulai berinvestasi saham, dia jadi mengerti bagaimana fluktuasi pasar saham. "Ternyata, return saham ini juga lebih baik," kata dia.

Di saham, ia sempat untung hampir 100% selama tiga hingga empat tahun. "Kalau masuk saham, alokasikan uang dingin dan untuk jangka panjang," kata Geger. Dengan investasi saham, dia belajar menata emosi. Saat nilainya turun, ia tak langsung jual, melainkan bertahan hingga kembali naik.

Selain saham, Geger sempat mencoba investasi di valuta asing. Namun menyadari investasi ini tak cocok dengan tipenya, maka tak berlanjut. "Kesibukan saya membatasi saya untuk harus memantau pergerakan valuta asing, feeling saya juga tidak kuat main di sini, karena harus memantau terus," ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×