kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

BNP Paribas Asset Management Optimistis dengan Kondisi Pasar Keuangan di Tahun 2023


Kamis, 22 Desember 2022 / 14:50 WIB
BNP Paribas Asset Management Optimistis dengan Kondisi Pasar Keuangan di Tahun 2023
ILUSTRASI. PT BNP Paribas Asset Management (AM) optimistis terhadap kondisi pasar keuangan pada tahun 2023 meski ketidakpastian terus dialami sepanjang tahun 2022.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BNP Paribas Asset Management (AM) optimistis terhadap kondisi pasar keuangan pada tahun 2023 meski ketidakpastian terus dialami sepanjang tahun 2022.

Ada beberapa yang jadi pertimbangan BNP Paribas AM. Pertama adalah resiliensi Indonesia yang kembali akan diuji oleh berbagai dinamika. Mulai dari proyeksi pelambatan ekonomi dunia, pengetatan kebijakan moneter, hingga persiapan menuju perekonomian Indonesia yang lebih berkelanjutan.

Di samping itu, iklim politik Indonesia pun diproyeksikan akan menjadi salah satu katalis penentu pasar dan arus investasi di Indonesia, menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) di tahun 2024.

Di tengah meningkatnya risiko ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5% selama tiga triwulan berturut-turut di tahun 2022. Resiliensi ini juga terlihat nyata dari kinerja pasar saham dan obligasi Indonesia maupun nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih baik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

Djumala Sutedja, Direktur PT BNP Paribas AM dalam pemaparan outlook investasi 2023 secara daring menjelaskan, perekonomian Indonesia sepanjang 2022 ini ibarat perahu di tengah badai. Badai ini datang dari volatilitas global yang tinggi.

Meskipun kita tidak dapat mengendalikan badai, akan tetapi kita bisa mengendalikan dan menavigasi stabilitas perahunya melalui stabilitas politik, sosial-ekonomi, dan juga makroekonomi.

"Kami melihat para nahkoda perahu Indonesia dalam hal ini pemerintah mampu menavigasi perahu dengan baik," ujar Djumala dalam siaran pers, Kamis (22/12).

Baca Juga: BI Menaikkan Suku Bunga Acuan 25 bps Menjadi 5,5%

Meskipun begitu, Djumala dalam diskusi bertema Defining the Road to Resilience tersebut mengatakan, resiliensi Indonesia akan diuji lebih lanjut lagi di tahun 2023.

Secara umum, sentimen global akan banyak memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk kondisi geopolitik antara Rusia-Ukraina dan AS-China, lalu perubahan terhadap kebijakan Zero COVID di China, serta inflasi yang masih tinggi terutama pada harga energi dan pangan.

Selain itu, kemungkinan terjadinya resesi di sejumlah negara maju juga berpotensi membawa dampak bagi pergerakan pasar dalam hal appetite pasar terhadap aset berisiko seperti saham hingga ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter bank sentral.

Namun, Djumala melihat, kontribusi ekonomi domestik melalui konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi serta swasembada pangan membuat kondisi Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan negara lain.

Djumala juga menekankan inisiatif pemerintah untuk hilirisasi industri dapat berdampak positif pada FDI (Foreign Direct Investment / Penanaman Modal Asing) dalam jangka waktu yang relatif singkat dan meningkatkan export base Indonesia untuk jangka panjangnya.

Sementara itu, faktor domestik yang juga akan cukup berperan adalah iklim politik dalam negeri menuju Pemilu 2024 serta kelanjutan dari komitmen Indonesia menuju ke arah perekonomian yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Lebih lanjut, mengingat Indonesia baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai tuan rumah pertemuan G20, PT BNP Paribas AM melihat beberapa manfaat besar yang dapat mendukung Indonesia menuju ke arah perekonomian yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Salah satunya terkait dengan agenda transisi menuju energi terbarukan dimana muncul inisiatif dari beberapa negara maju untuk membantu pembiayaan proyek renewable energy dalam jangka menengah hingga panjang yang akan membantu reformasi energi di Indonesia.

Djumala berpandangan terhadap pasar saham Indonesia untuk jangka panjang memilih fokus pada sektor-sektor yang menunjang pembangunan green economy.

"Kami juga lebih konstruktif pada sektor-sektor yang berkaitan dengan Pemilu yang akan datang seperti konsumsi. Namun di lain sisi, investor juga perlu mencermati lebih lanjut sektor komoditas, mengingat sektor tersebut telah cenderung overcrowded," tuturnya.

Sementara di pasar obligasi, secara agregat BNP Paribas melihat bahwa tahun 2023 adalah tahun yang lebih baik untuk pasar obligasi. Inflasi diharapkan sudah mulai mengalami tren penurunan dan kebijakan suku bunga di banyak negara sudah mencapai puncaknya.

Djumala masih melihat beberapa tantangan terutama pada kuartal awal di tahun depan akibat ketidakpastian akan kenaikan suku bunga mencapai puncaknya. Jika kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) yang kian agresif ini mengakibatkan resesi di AS, investor perlu mengantisipasi gejolak pasar, baik di pasar obligasi maupun rupiah.

Namun reaksi pasar obligasi Indonesia diperkirakan akan lebih stabil dibandingkan dengan siklus sebelumnya berkat dukungan kondisi eksternal fundamental yang relatif lebih baik.

Djumala menjelaskan, jika dibandingkan kinerja pasar obligasi dengan siklus sebelumnya seperti tahun 2018, ketika suku bunga global juga sedang naik, depresiasi nilai tukar Rupiah mencapai lebih dari 10%, sementara yield obligasi Indonesia pada saat itu mencapai hampir 9%.

Sementara saat ini, rupiah tidak hanya berkinerja lebih baik dari negara-negara di Asia, tingkat volatilitas yield obligasi pun lebih kecil dibanding negara lain.

Namun, untuk posisi taktis jangka pendek, kami lebih memilih strategi investasi yang fokus pada income generation dibandingkan duration.

Ketika outlook kebijakan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi global sudah menunjukkan tren yang lebih stabil. maka barulah investor dapat beralih ke strategi yang sifatnya mengarah pada pengambilan risiko durasi.

Baca Juga: Ketidakpastian Tinggi, Gubernur BI: Ekonomi Dunia Akan Melambat di 2023

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×