kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

BNI tambah terus portofolio surat berharga negara


Rabu, 18 Juni 2014 / 13:06 WIB
BNI tambah terus portofolio surat berharga negara
ILUSTRASI. KRL Solo-Jogja.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Perlambatan laju kredit tahun ini, membuat sejumlah bank memutar cara untuk menempatkan kelebihan likuiditasnya. Bank Indonesia (BI) maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan arahan perlambatan kredit di kisaran 15%-17%.

Meski pada triwulan I-2014, BI mencatat laju pertumbuhan rata-rata kredit industri perbankan masih di atas arahan yaitu 19,1% secara tahunan, namun per April, pertumbuhan rata-rata kredit pada industri perbankan sudah melambat ke level 18,5% secara year on year (yoy).

Sebagai kompensasi perlambatan kredit, sejumlah bank mengalokasikan likuiditasnya untuk peningkatan pemilikan surat berharga. PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk, merupakan salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terus meningkatkan pemilikan surat berharganya.

Per Desember 2013, bank dengan kode emiten BBNI ini memiliki surat berharga sebesar Rp 50,81 triliun. Pada Maret 2014, jumlah pemilikan surat berharga bank pelat merah ini melonjak menjadi Rp 55,30 triliun dan pada April 2014 menjadi sebesar Rp 53,19 triliun.

Division Head Treasury BNI, Bimo Notowidigdo mengungkapkan, ada tiga alasan utama kenapa perseroan menambah pemilikan surat berharga berupa Surat Utang Negara (SUN). Pertama, kata Bimo, penambahan surat berharga adalah sebagai outlook ekses likuiditas.

Sebab, dengan kelebihan atau ekses likuiditas yang dimiliki BNI karena raihan dana pihak ketiga (DPK) perseroan lebih besar dibandingkan penyaluran kredit, lebih leluasa untuk menempatkan dana. Bimo mencontohkan, jika kelebihan likuiditas yang dimiliki BNI ditempatkan di bank lain atau interbank, maka hanya akan mendapatkan suku bunga antara 5,75%-5,8%. Sedangkan jika membeli SUN, maka yield atau imbal hasil yang di dapat bisa mencapai 8%.

"Dengan penempatan di SUN, maka bisa mendapatkan bunga yang lebih tinggi," jelas Bimo.

Kedua, dengan penempatan pada surat berharga, maka aset tersebut terbilang aset likuid. Sebab, perbankan akan sangat mudah untuk mencairkannya jika memiliki kebutuhan dana bahkan secara mendadak. Ia bilang, ekses likuiditas yang ditempatkan pada SUN, mudah untuk dijual, di repo-kan kepada bank sentral bahkan untuk ditempatkan pada pasar uang antar bank (PUAB).

"Penempatan pada surat berharga justru dari segi likuiditas tidak mengganggu sama sekali, karena sangat likuid. Jika butuh dana untuk kredit misalnya, maka surat berharga bisa di repo ke BI, pasar uang antar bank maupun dilepas ke pasar. Ini aset yang sangat likuid," ujarnya.

Alasan ketiga adalah, karena SUN kebanyakan adalah terbitan pemerintah, maka dari segi keamanan sangat terjamin. Keuntungan menambah pemilikan surat berharga menurut Bimo adalah pendapatan bunga yang terbilang lebih tinggi dibandingkan dengan penempatan dana perbankan di tempat lain.

Selain itu, merupakan barang yang likuid jika dibandingkan dengan kredit, karena mudah untuk dicairkan sewaktu-waktu untuk menambal kebutuhan dana segar perbankan. Keuntungan lain yang diperoleh dari pemilikan surat berharga adalah hitungan risiko yang minim, karena penjaminnya adalah pemerintah.

"Risk waiting rendah meski tenor SUN beragam antara 10-20 tahun. Ini adalah aset likuid jika dibandingkan dengan kredit, karena tentu kredit tidak bisa cair. Kredit adalah barang mati," katanya.

Lebih lanjut Bimo menjelaskan, sampai dengan akhir tahun BBNI dapat menambah maupun mengurangi porsi pemilikan surat berharga. Hal ini sangat fleksibel, mengingat kebutuhan perbankan merupakan prioritas utama.

Menurut Bimo, ekses likuiditas paling ideal adalah disalurkan kepada kredit, karena akan lebih berkembang dan masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Namun jika permintaan kredit berkurang, maka ekses likuiditas bisa disalurkan kepada pembelian surat berharga.

"Ini terkait keloaan neraca bank, kami pilihkan kelolaan likuiditas yang paling ideal dimana mendapat return yang tinggi tapi dengan akses pencairan yang mudah. Intinya kami mencari rumah yang paling ideal untuk menempatkan ekses likuiditas. Selama ekses likuiditas bertambah, mungkin pemilikan SUN akan tambah. Tapi kalau kredit semester II nanti penyalurannya bertambah, tentu akan kurangi pembelian SUN. Sangat fleksibel," ucap Bimo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×